Parapuan.co - Kawan Puan, bahaya sering menonton TV tak hanya dirasakan oleh anak-anak lo!
Bahaya sering menonton TV ini juga dirasakan oleh orang dewasa di usia 40, 50 dan 60-an tahun.
Orang dewasa usia tersebut juga bisa dikatakan lebih rentan terkena bahaya sering menonton TV.
Sebab aktivitas menonton TV bagi orang dewasa pada usia tersebut cenderung lebih lama sedangkan aktivitas fisiknya banyak berkurang.
Apakah orang tua, saudara atau kerabat Kawan Puan juga sering menonton TV sehari-hari?
Jika iya, sebaiknya ajak mereka untuk mengurangi menonton TV.
Baca Juga: Apakah Kawan Puan Sudah Memasuki Usia Menopause? Kenali Ciri-Cirinya
Mengutip dari Healthline, orang yang sudah menginjak usia dari 40-an hingga 60-an jika menonton TV terlalu sering akan berdampak pada kesehatan otak.
Hal ini dijelaskan dalam studi berjudul "Moderate-to-High TV Viewing in Midlife Linked to Later Cognitive and Brain Health Decline".
Studi tersebut menggunakan menonton TV sebagai ukuran perilaku menetap yaitu, waktu yang dihabiskan untuk duduk.
Kesehatan otak kemudian diukur dengan menjawab pertanyaan tentang kebiasaan menonton, menyelesaikan tes kognitif, dan menjalani pemindaian MRI otak.
Temuan para peneliti menunjukkan bahwa orang yang melaporkan diri menonton TV dalam jumlah sedang atau berlebihan, mengalami penurunan kognitif yang lebih besar.
Bahkan volume gray matter berkurang, alhasil mereka pun jadi susah mengambil keputusan, pendengaran dan penglihatan menurun, serta kurang mampu mengontrol otot.
Para peneliti juga menemukan bahwa dampak positif dari aktivitas fisik tidak cukup untuk melawan atau melawan dampak negatif dari menonton TV.
Dari data, peneliti menghitung bahwa setiap peningkatan satu jam dalam waktu menonton TV rata-rata harian seseorang dikaitkan dengan pengurangan 0,5 persen dalam volume gray matter.
Baca Juga: Simak, Ternyata Obat Ini Dapat Mengurangi Efektivitas Vaksin Covid-19
Kalau sudah begitu apa yang bisa dilakukan?
Mengetahui hal tersebut, Heather Snyder, PhD, selaku wakil presiden hubungan medis dan ilmiah Asosiasi Alzheimer, menyatakan kurangi aktivitas menonton TV.
Heather mengatakan cari aktivitas lain dari pada hanya duduk dan menonton.
Pilih kegiatan yang baik untuk kesehatan jantung, otak, dan tubuh, sarannya.
“Semakin banyak penelitian menyarankan untuk lebih sering berolahraga, makan makanan yang seimbang, dan terlibat secara sosial dan kognitif dapat mengurangi risiko penurunan kognitif,” kata Heather.
Dengan kata lain, aktivitas yang mendukung kesehatan holistik hari ini mungkin menjadi kunci untuk melindungi kesehatan otak di tahun-tahun berikutnya.
Masih dari sumber yang sama, The American Hear Association menyarankan melakukan kegiatan aerobik.
Namun dibedakan menjadi 2 yaitu bagi pemula dan bagi yang sudah terbiasa bergerak.
Bagi pemula
- jalan cepat (setidaknya 2,5 mil per jam),
- aerobik air,
- menari,
- berkebun,
- tenis (ganda), dan
- bersepeda lebih lambat dari 10 mil per jam.
Baca Juga: Selama Hamil, Ayo Diet Sehat Untuk Terhindar dari Kelahiran Prematur
Untuk yang sudah terbiasa bergerak
- mendaki bukit atau dengan ransel yang berat,
- berlari,
- renang,
- aerobik,
- berkebun,
- tenis (tunggal),
- bersepeda 10 mil per jam atau lebih cepat, dan
- lompat tali.
Baca Juga: Hati-Hati! Tidur dengan TV Menyala Dapat Membahayakan Kesehatan
Kawan Puan, dengan melakukan lebih banyak aktivitas fisik akan merangsang fungsi otak, termasuk hal-hal seperti merajut, menyelesaikan teka-teki silang, atau memainkan alat musik.
Nah, Kawan Puan, itulah bahaya sering menonton TV bagi usia 40, 50, dan 60-an.
Namun penjelasan di atas itu tak hanya untuk mereka yang sudah memasukki usia paruh baya.
Kawan Puan yang masih berusia 20-an pun sebaiknya mengurangi kegiatan menonton TV terlalu sering supaya otak pun bisa berfungsi dengan baik terutama di masa sekarang dan tua nanti. (*)