Parapuan.co - Keinginan orang tidak ada batasnya, bahkan meski mereka kaya tetap akan merasa kurang.
Tapi, apakah Kawan Puan benar-benar membutuhkan segala keinginan itu?
Baik kekayaan, kemewahan, atau hiburan ekstra yang membuat pikiran semakin rumit karena ekspektasi berlebihan?
Padahal, dengan kecukupan yang kamu miliki saat ini, kamu bisa merasa cukup dan lebih sederhana dalam memaknai hidup.
Baca Juga: Self Love Ala Cynthia Lamusu: Berterima Kasih dengan Diriku di Masa Lalu
Tak dipungkiri, jika kamu otomatis menerapkan standar jika melihat orang lain bergaya mewah karena kekayaannya, sedangkan kamu tidak.
Ini sebenarnya menambah beban pikiran saja, padahal jika dilihat ke dalam, kamu sudah bisa menikmati kebahagiaan tanpa harus membandingkan.
Kamu layak untuk bahagia tanpa memenuhi ekspektasi di luar batas itu, sebab orang bisa bahagia dengan caranya sendiri.
Baca Juga: Pasanganmu Tertutup? Ini 5 Tips Agar Komunikasi Lebih Terbuka dengan Si Dia
Hidup Sederhana Itu Membebaskan
Mengutip Psychology Today, filsuf Antisthenes, adalah murid Socrates, menasihati orang-orang untuk mengurangi keinginan di luar kebutuhan pokok agar jiwa menjadi bebas.
Berfokus pada kebutuhan memungkinkan kamu menciptakan ruang emosional untuk fokus mengenal dirimu lebih baik dan menjadi lebih siap untuk menjalani kehidupan yang sederhana dan lebih bermakna.
Jadi, langkah apa yang bisa diambil untuk mulai menyederhanakan hidup?
Langkah Satu: Refleksi
Renungkan perbedaan antara kebutuhan, keinginan, dan kemewahan.
Mana kebutuhan yang benar-benar mendesak dan menunjang hidupmu.
Mana keinginan yang bisa kamu wujudkan di lain waktu.
Serta, mana kemewahan yang bisa saja kamu tinggalkan, sebab tak begitu memengaruhi hidupmu.
Baca Juga: Ada Parameter Kesiapan untuk Memulai Hubungan, Apa Pentingnya?
Langkah Kedua: Kategorikan
Selanjutnya, kamu dapat menerapkan ketiga kategori di atas ke berbagai aspek kehidupanmu seperti barang material, waktu, tujuan, dan hubungan.
Misalnya, dalam hal barang materi, kamu bisa bertanya pada diri sendiri apa saja kebutuhan atau kebutuhan untuk hidup sederhana dan bermakna.
Pilih hal-hal apa yang menyenangkan untuk dimiliki, hal-hal apa yang boros dan mungkin tidak perlu.
Dalam contoh lain, kamu dapat bertanya pada diri sendiri bagaimana kamu ingin menghabiskan waktu untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna.
Mungkin menghabiskan waktu dengan teman tertentu termasuk dalam kategori kebutuhan karena kehadiran teman ini memberi energi kepadamu.
Selain itu, kamu bisa belajar tentang diri sendiri dan dunia dari kebersamaan dengan mereka.
Baca Juga: Cynthia Lamusu: Terima Kasih Diriku yang Dulu, Ini 3 Cara Self Love
Tapi, menghabiskan waktu dengan beberapa orang juga dapat diklasifikasikan sebagai sesuatu yang tidak dibutuhkan.
Contoh lainnya, menghabiskan waktu memasak makanan bergizi, belajar bahasa, atau keterampilan baru adalah kebutuhan bagi kamu.
Tapi, menghabiskan waktu untuk menonton televisi tak menjadi kebutuhanmu.
Langkah Tiga: Pilih dan Ambil Tindakan
Merefleksikan tujuan setiap aktivitas dalam hidupmu membantumu untuk mulai fokus pada apa yang kamu yakini dan benar-benar diperlukan untuk menjalani kehidupan yang bermakna.
Ini bukan tentang menjadi materialistis atau benar-benar anti-materialistis.
Ini tentang menjadi lebih sadar akan peran, aktivitas, dan orang-orang yang penting dalam kehidupanmu.
Setelah kamu memahami apa kebutuhanmu, kamu harus mengambil tindakan atas pengkategorian ini.
Baca Juga: Mengenal Self Acceptance, Bagaimana Cara Menerapkan ke Keseharian?
Kemampuanmu untuk mengatakan "ya" pada hal-hal dan kegiatan yang bermakna dan "tidak" pada hal-hal dan kegiatan yang tidak perlu adalah langkah yang berharga ke arah yang benar.
Kesimpulannya adalah memulai dengan kebutuhan, kemudian melapisi keinginan atau kemewahan tambahan yang cukup tanpa muluk-muluk.
Jadi fokus pertama pada kebutuhan hidup: pada kesehatan, sikap positif, harapan, keluarga, teman-teman, dan membantu orang lain.
Ini adalah rahasia untuk menjalani kehidupan yang benar-benar bermakna. (*)