Parapuan.co - Kawan Puan tahukah kamu jika ada beberapa perubahan emosional pada ibu hamil?
Ya, perubahan emosional pada ibu hamil ini terjadi seiring bertambahnya usia kandungan.
Untuk itu, tak hanya kesehatan fisik, menjaga kesehatan mental pun sangat penting pada ibu hamil.
Dari Live Science, Dr. Mary Kimmel, asisten profesor dan juga wakil direktur program psikiatri perinatal di University of North Carolina, Fakultas Kedokteran di Chapel Hill mengatakan bahwa kehamilan menyebabkan perubahan emosi pada ibu hamil.
Baca Juga: Lagi Stres? Atasi Dengan Aktivitas yang Tak Makan Waktu Sampai 5 Menit
"Kehamilan adalah transisi besar dalam kehidupan seorang perempuan, dan itu melibatkan campuran emosi yang kompleks, baik dan buruk," katanya.
Dia menyarankan agar perempuan untuk menyadari pikiran dan perasaan mereka.
Tak hanya menyadari perubahannya, Mary menyarankan agar kamu mencari tempat untuk mencurahkan perasaanmu.
Berikut adalah perubahan emosi yang mungkin dialami ibu hamil yang suami juga perlu tahu!
1. Perubahan suasana hati
Kehamilan dapat menyebabkan perubahan emosi. Kamu bisa merasakan murung atau marah jika suasana hati sedang tidak baik.
Sebuah tinjauan tahun 2019 yang diterbitkan dalam jurnal Archives of Women's Mental Health menemukan frekuensi ketidakstabilan suasana hati yang lebih tinggi di pada perempuan hamil dan setelah melahirkan.
"Kehamilan adalah titik transisi dalam kehidupan seorang perempuan dan selama transisi apa pun, emosi seseorang bisa naik dan turun," kata Mary kepada Live Science.
Baca Juga: Lalukan Meeting Virtual Membuatmu Cemas? Ini Cara Menemukan Ketenangan di Balik Layar
Meskipun begitu, ada juga perempuan yang memiliki perubahan suasana hati yang tidak banyak baik pada tahap awal maupun akhir kehamilannya.
Menurut Mary, belum ada kejelasan mengenai penyebab dari fluktuasi suasana hati ini. Akan tetapi melihat sejumlah perubahan pada tubuh perempuan bisa memiliki keterkaitan dengan emosinya.
Salah satu alasannya mungkin karena perubahan kadar hormon. "Beberapa perempuan sensitif terhadap perubahan estrogen , sementara yang lain dipengaruhi oleh peningkatan kadar progesteron atau hormon stres," kata Mary.
2. Depresi
Sempat ada anggapan bahwa hamil adalah pelindung berbagai penyakit kejiwaan seperti depresi.
Akan tetapi, sekarang para ilmuwan mengetahui bahwa penyakit kejiwaan bisa saja terjadi pada perempuan yang sedang hamil sekalipun.
Menurut Canadian Pediatric Society, seorang perempuan yang hamil cenderung menjadi lebih depresi dibandingkan yang tidak.
Baca Juga: Stres Saat Pindah Rumah? Ini 5 Tips Pindahan Bebas Stres yang Bisa Dicoba
Sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan dalam jurnal Obstetrics & Gynecology menemukan bahwa antara tahun 2000 dan 2015 tingkat depresi pada perempuan yang dirawat di rumah sakit selama kehamilan meningkat tujuh kali lipat.
Menurut jurnal PLOS One, perempuan di negara-negara berpenghasilan rendah berisiko lebih besar terkena depresi pascamelahirkan, menurut ulasan tahun 2020.
Depresi ibu, baik sebelum dan sesudah melahirkan, juga memiliki konsekuensi nyata bagi bayi.
Sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan dalam jurnal Translational Psychiatry menemukan bahwa orang dewasa yang ibunya mengalami depresi ketika mereka hamil memiliki kadar protein C-reaktif yang lebih tinggi, yang merupakan indikasi penyakit inflamasi.
Selain itu, sebuah studi tahun 2018 yang diterbitkan di PLOS One menemukan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita depresi dan kesepian selama kehamilan memiliki risiko infeksi pernapasan yang lebih besar.
Baca Juga: Hati-Hati, Ini Bahaya Jika Ibu Hamil Terlalu Banyak Makan Daun Kemangi
Depresi dapat terjadi kapan saja dalam kehamilan. Badan amal dukungan orang tua dan anak, NCT menyarankan perempuan untuk segera mencari bantuan jika mereka berjuang dengan beberapa atau semua gejala ini:
- Rasa putus asa
- Ketidakmampuan berkonsentrasi
- Kekhawatiran yang tidak biasa dan konsisten tentang melahirkan dan menjadi orang tua
- Kehilangan minat pada diri sendiri atau kehamilanmu.
- Merasa terpisah secara emosional, kosong, menangis, marah atau mudah tersinggung untuk jangka waktu yang lama
- Kecemasan kronis
- Tidak tertarik pada seks
3. Jadi sering pelupa
Perubahan kondisi mental pun mempengaruhi ingatan yang kadang membuat perempuan menjadi lebih pelupa, seperti lupa menaruh ponselnya.
Gejala ini disebut juga momnesia yang biasanya dialami selama hamil atau setelah melahirkan.
Meskipun dianggap sebagai keluhan, studi tentang perubahan kognitif ini memiliki hasil yang beragam.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pelupa pada perempuan yang belum atau sudah melahirkan disebabkan oleh fluktuasi hormonal, terutama dari hormon progresteronnya yang lebih tinggi.
Selain itu, kurang tidur atau stres menyesuaikan diri dengan transisi kehidupan yang besar juga bisa menjadi penyebabnya.
Baca Juga: Tanpa Disadari, 5 Kebiasaan Ini justru Memperlambat Metabolisme Tubuh
"Ini adalah waktu dalam hidup kamu (otak kamu) yang dibentuk selama masa dewasa," Jodi Pawluski, seorang rekan peneliti yang mempelajari kesehatan mental ibu di University of Rennes 1 di Prancis kepada Live Science.
Sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan dalam jurnal Nature menemukan bahwa kehamilan mengubah struktur otak perempuan hingga setidaknya selama dua tahun setelah mereka melahirkan.
Bahkan, di titik ini para ilmuwan dapat mengetahui apakah seorang perempuan hamil atau baru saja melahirkan hanya dengan menggunakan metode MRI (Magnetic resonance imaging).
Adanya perubahan fisik dan mental perempuan selama kehamilan masuk akal jika permepuan tidak mengingat beberapa hal.
Menurut Mary, alasan lain mengapa perempuan bisa menjadi lebih pelupa. Bisa jadi karena seorang perempuan memprioritaskan hal-hal secara berbeda dan melakukan lebih banyak multitasking.
4. Merasa kurang menarik
Pada trimester dua dan tiga, kehamilan akan lebih terlihat. Berat badan pada perempuan pun bertambah.
Hal ini menyebabkan perempuan kerap merasa kurang puas dengan penampilannya hingga mempengaruhi kepercayaan dirinya.
Perubahan pada penampilan ini dapat memunculkan campuran perasaan yang rumit, kata Mary.
Baca Juga: Takut Melajang dan Hidup Sendiri? Kenali Gejalanya, Mungkin Kamu Idap Anuptaphobia
Untuk mengatasi beberapa masalah citra tubuh ini, perempuan hamil harus menerima bahwa mereka hamil dan sebagai akibatnya tubuh mereka berubah, katanya.
Komentar orang lain dan dirinya sendiri tentang bentuk tubuh orang hamil yang diremehkan ini disebut juga dengan fat talk.
Komentar yang meremehkan tentang tubuhnya yang sedang hamil dapat menyebabkan bahaya.
Sebuah studi tahun 2020 tentang ketidakpuasan tubuh selama kehamilan, yang diterbitkan dalam Journal of Affective Disorders , menemukan bahwa fat talk dapat memengaruhi keadaan emosional perempuan selama kehamilan.
“Hasil menunjukkan bahwa perempuan menghadapi tekanan sosiokultural untuk ketipisan dan ketidakpuasan tubuh bahkan ketika hamil, dan terlibat dalam fat talk selama kehamilan merugikan kesehatan mental perempuan, terutama bagi yang lebih muda,” tulis para penulis.
5. Menangis tiba-tiba
Saat hamil, perempuan cenderung lebih sensitif dan bisa menangis karena hal sepele, seperti menangis setelah mual di pagi hari atau iklan di TV yang kurang menyenangkan.
Perasaan sensitif ini lebih mudah dialami pada perempuan yang hamil karena hormon yang berfluktuasi.
Namun, menurut Mayoclinic, apabila perempuan menangis terus menerus, bisa saja itu merupakan gejala depresi.
Baca Juga: Ini 3 Gaya Hidup Berkelanjutan yang Perlu Dilakukan Masyarakat Modern
Depresi selama dan setelah kehamilan adalah kondisi serius dan dapat mempengaruhi kesehatan bagi ibu dan bayi.
Dokter mendorong untuk mencari bantuan jika mereka berpikir mereka mungkin mengalami depresi.
Kawan Puan, itulah perubahan emosional pada ibu hamil.
Yuk bagikan juga informasi ini pada suami agar bisa sama-sama saling mendukung demi sehatnya ibu dan bayi. (*)