5 Kiat Mengelola Keuangan sebelum Menikah di Usia 20an, Biar Tak Berutang!

Arintha Widya - Senin, 14 Juni 2021
Pasang Cincin pernikahan
Pasang Cincin pernikahan ridzky setiaji

1. Cek kondisi keuanganmu saat ini

Mengetahui tentang kondisi keuangan sebelum melangkah untuk menikah dengan pasangan adalah hal yang penting.

Pertama-tama, kamu perlu mengecek apakah masih punya utang serta cicilan atau tidak?

Jika ada, paling tidak kamu mesti menyelesaikan utang dan cicilanmu terlebih dulu sebelum mulai menabung untuk menikah.

Kedua, alokasikan gajimu untuk kebutuhan sehari-hari supaya kamu tahu berapa yang perlu ditabung buat mewujudkan pernikahan nanti.

 

Baca Juga: Bicarakan 4 Bahasan Keuangan Ini dengan Pasangan sebelum Menikah

2. Diskusi dengan pasangan

Kalau kamu memang sudah ingin meresmikan hubungan dengan pasangan, ajaklah ia berdiskusi dengan serius soal pernikahan.

Bahas bersama pasangan tentang beberapa hal, seperti apakah akan mengadakan resepsi pernikahan, di mana lokasinya, dan siapa yang akan membayar biayanya.

"Harus dibicarakan. Mulai dari siapa yang bakal bayar resepsi, terus nanti acaranya mau di rumah siapa, atau digedung, semuanya," demikian kata Tejasari Asad.

Selain soal pesta pernikahan, mulailah diskusi bahasan keuangan lain dengan pasangan untuk kelancaran rumah tangga bersama nantinya.

Baca Juga: Berpengaruh Bagi Kesehatan Mental, Ini Cara Hadapi Kecemasan Finansial

3. Menyesuaikan acara dengan bujet

Berikutnya adalah membuat rencana acara, akan seperti apa resepsi pernikahan digelar.

Pasalnya, mahal atau tidaknya biaya pernikahan bisa bergantung pada konsep resepsi, semisal mau mengadakan upacara adat atau secara modern saja.

Apabila anggarannya terbatas, sebaiknya tidak merencanakan acara resepsi yang terlalu mewah.

Dikhawatirkan, pesta yang terlalu mewah dan melebihi bujet malah akan meninggalkan utang buatmu dan keluarga.

Sumber: Wawancara Konsultan Keuangan Tejasari Asad
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda


REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?