Bekerja di Bidang yang Banyak Didominasi Laki-laki
Kawan Puan, seperti yang kita ketahui bersama, dunia STEM saat ini masih banyak didominasi oleh laki-laki.
Bekerja di bidang dengan mayoritas laki-laki, Fransiska memang merasakan adanya gender bias.
"Dulu sempat di Mamikos jadi Head of Engineering, sempet sih timnya ada 90-an orang, kebanyakan laki-laki.
Adalah yang komen, 'cewek emang bisa ya', gender bias, tuh, masih ada," ucap Fransiska.
Baca Juga: Suarakan Rasisme, The Linda Lindas Ingin Orang Tak Merasa Sendiri
Namun, menurutnya hal tersebut tidak membuatnya minder bekerja di dunia STEM.
Fransiska menekankan bahwa percaya pada diri sendiri adalah kunci utama bekerja di bidang yang banyak di dominasi lak-laki.
"Believe you can do it (percaya kamu bisa), it should be okay (semua bakal baik-baik aja), percaya bahwa kita memang bisa dan deserve to be here (kamu pantas)," kata Fransiska.
Fransiska juga menekankan pentingnya teman dalam bekerja di bidang yang banyak di dominasi laki-laki.
"Cari ally (kawan), ally itu dalam artian ya cari peers (teman) yang sama-sama perempuan juga, atau peers laki-laki tapi kayak women ally (mendukung perempuan) gitulah.
Jadi kalau kita kecewa, kita enggak merasa sendirian gitulah," saran Fransiska.
Kawan Puan, berdasarkan data dari AAUW.org, hanya ada 12% perempuan di dunia yang bekerja di bidang Engineer.
Di Indonesia sendiri terdapat setidaknya 25.000 lulusan teknik dari perguruan tinggi setiap tahun dan kebutuhan tenaga ahli teknik di Indonesia sekitar 500.000 tiap tahunnya.
Hal ini membuktikan kalau kesempatan bekerja di ranah teknik dan IT sebenarnya sangat terbuka lebar, termasuk bagi perempuan.
Baca Juga: Jadi Crazy Rich Malang, Begini Kisah Sukses Shandy Purnamasari Pemilik MS Glow
Melihat masih besarnya peluang kerja STEM, Fransiska mendorong perempuan Indonesia untuk berani masuk dan berkarier di dunia yang banyak didominasi laki-laki ini.
Menurutnya saat ini sudah banyak figur perempuan yang sukses berkarier di dunia STEM, sehingga perempuan di luar sana tidak perlu khawatir.
"Believe in yourself (percaya pada diri sendiri), kalau kalian percaya kalian bisa enggak ada orang yang bisa membuat kalian berpikir kalian enggak bisa atau enggak layak," kata Fransiska.
Semoga kisahnya bisa menginspirasi kamu ya, Kawan Puan! (*)