Sukses di Dunia STEM, Inilah Sosok Fransiska Hadiwidjana Co Founder Women Works

Vregina Voneria Palis - Rabu, 16 Juni 2021
Fransiska Hadiwidjana
Fransiska Hadiwidjana Dokumentasi Pribadi

Parapuan.co - Kawan Puan, berbeda dengan zaman Kartini dulu, jalan perempuan Indonesia untuk mewujudkan mimpinya saat ini sudah jauh lebih mudah.

Kesenjangan antara perempuan dan laki-laki juga semakin lama semakin menipis.

Bidang kerja yang dahulu dianggap sebagai ranah laki-laki, nyatanya juga dapat dijalani oleh perempuan.

Hal ini juga dibuktikan oleh sosok Fransiska Hadiwidjana yang berhasil meraih mimpinya dengan sukses bekerja di bidang yang banyak didominasi laki-laki.

Baca Juga: Dari Penyanyi Hingga jadi Business Woman, Inilah Sosok Jessica Jung

Berbicara tentang meraih mimpi, Fransiska Hadiwidjana adalah gambaran dari seorang Pengelola.

Berdasarkan riset Whitepapaper PARAPUAN yang berjudul Perempuan Indonesia, Ambil Alih Kembali Kendali Mimpimu pada April lalu yang melibatkan dari 1.218 audiens KG Media.

Salah satu karateristik yang dimiliki perempuan adalah tipe Pengelola.

Tipe Pengelola adalah sosok perempuan yang menempatkan dirinya sendiri sebagai orientasi mimpi-mimpinya.

Mereka selalu mengedepankan logika dalam pengambilan keputusan yang terakit dengan mimpinya.

Baca Juga: 9 Fakta Menarik Soal Malala Yousafzai yang Tidak Diketahui Orang

Mereka lebih realitis dalam menggapai mimpinya, seperti mematok target jejang karier, memiliki aset, atau menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu.

Sosok Pengelola ini memiliki kemampuan menyusun skala perioritas untuk mencapai mimpi-mimpinya.

Nah, salah satu sosok Pengelola ini adalah Fransiska P. W. Hadiwidjana.

Siapakah Fransiska Hadiwidjana?

Fransiska P. W. Hadiwidjana atau yang lebih dikenal dengan Fransiska Hadiwidjana adalah salah seorang perempuan yang menekuni dunia STEM yang saat ini masih didominasi laki-laki. 

Ia adalah Co-Founder dan CTO (Chief Technology Officer) WomenWorks, sebuah platform yang didedikasikan untuk para perempuan yang ingin menggali potensi diri, namun belum mampu untuk melakukannya secara maksimal. 

Selain itu, Fransiska juga merupakan founder dan CEO dari Prelo, sebuah platform ritel yang diakuisisi oleh Bukalapak pada tahun 2018 lalu.

Baca Juga: Mengenal Madeleine Albright, Perempuan Tertua yang Masuk Forbes 50 Over 50

Lewat Prelo, nama Fransiska berhasil masuk ke dalam daftar Forbes 30 under 30 Asia Retail and E-commerce.

Sekedar informasi, Forbes 30 under 30 adalah daftar anak muda yang berusia di bawah 30 tahun baik dari kalangan pengusaha, pempimpin, maupun pekerja seni yang berhasil membuat sebuah terobosan.

Nah kala itu Fransiska yang baru berusia 28 tahun berhasil masuk ke dalam daftar ini, sangat membanggakan ya, Kawan Puan.

Nama Fransiska juga telah dinobatkan sebagai salah satu dari sepuluh wirausahawan perempuan di bidang teknologi inspiratif di Asia Tenggara versi Forbes.

Selain Prelo dan WomenWorks, Fransiska juga merupakan co-founder dari AugMI labs, startup biomedis pemenang penghargaan di Silicon Valley.

Fransiska juga pernah bekerja sebagai Head of Engineering di Mamikos.

Baca Juga: Masuk Daftar Forbes 50 Over 50, Ini 10 Fakta Kamala Harris Wapres AS

Ketertarikan pada Dunia STEM

Kawan Puan, ketertarikan Fransiska pada dunia STEM (Science Techonoly Engineering Math) terutama Enginering sendiri bisa dikatakan mulai tumbuh saat SMA.

Fransiska yang juga akrab dipanggil PW ini mengatakan bahwa salah satu mata pelajaran di SMA yang membuatnya tertarik .

"Jadi waktu SMA saya dapet mata pelajaran pemrograman, terus dari sana kenal lebih lanjut (dunia  pemrograman), dan saya suka juga.

Terus ikut-ikut tim komputer, tim pemrograman, ya lumayan sering ikut kompetisi gitulah.

Dari sana saya tahu mau masuk Informatika, Alhamdulillah masuk ITB jadi lanjut di sana," cerita Fransiska kepada PARAPUAN.

Baca Juga: Hebat! 2 Perempuan Indonesia Ini Bikin Aplikasi Penerjemah Bahasa Isyarat

Memutuskan Terjun ke Dunia Bisnis

Kawan Puan, ketertarikan Fransiska terhadap dunia bisnis, terutama startup mulai terbangun saat ia menjalani internship atau magang.

Fransiska bercerita bahwa ia sangat menyukai magang, bahkan jika orang lain hanya satu atau dua kali kerja magang, Fransiska pernah tujuh kali melakukan magang.

Dari berbagai kerja magang yang ia lakukan, salah satu intership dengan vendor capital asal Jepang yang membuatnya tertarik dengan dunia startup ini, Kawan Puan.

"Nah yang berkesan itu saat di venture capital, lembaga profesional yang invest ke startup gitu.

Waktu itu ada venture capital dari Jepang dia datang ke Bandung, waktu itu saya bantuin nyariin startup untuk dia buat diskusi, diinvest gitu.

Waktu diskusi saya suka ada, kayak bantuin translate dan di sana saya belajar sih, oh startup tuh kayak gini, jadi saya mulai tertarik," kata Fransiska.

Baca Juga: Jadi Sosok Perempuan Berpengaruh, Mien R. Uno: Perempuan Harus Mandiri

Kisah Fransiska ini terus berlanjut, Kawan Puan.

Kesempatan mengikuti summer program ke Silicon Valley-lah yang membuatnya benar-benar terjun ke dunia Startup.

"Di akhir saya kuliah, dapet kesempatan ikut summer program ke Silicon Valley. Nah itu, diakhir summer program itu goalnya bikin tim project yang jadi startup," kata Fransiska.

Bekerja di Bidang yang Banyak Didominasi Laki-laki

Kawan Puan, seperti yang kita ketahui bersama, dunia STEM saat ini masih banyak didominasi oleh laki-laki.

Bekerja di bidang dengan mayoritas laki-laki, Fransiska memang merasakan adanya gender bias.

"Dulu sempat di Mamikos jadi Head of Engineering, sempet sih timnya ada 90-an orang, kebanyakan laki-laki. 

Adalah yang komen, 'cewek emang bisa ya', gender bias, tuh, masih ada," ucap Fransiska.

Baca Juga: Suarakan Rasisme, The Linda Lindas Ingin Orang Tak Merasa Sendiri

Namun, menurutnya hal tersebut tidak membuatnya minder bekerja di dunia STEM.

Fransiska menekankan bahwa percaya pada diri sendiri adalah kunci utama bekerja di bidang yang banyak di dominasi lak-laki.

"Believe you can do it (percaya kamu bisa), it should be okay (semua bakal baik-baik aja), percaya bahwa kita memang bisa dan deserve to be here (kamu pantas)," kata Fransiska.

Fransiska juga menekankan pentingnya teman dalam bekerja di bidang yang banyak di dominasi laki-laki.

"Cari ally (kawan), ally itu dalam artian ya cari peers (teman) yang sama-sama perempuan juga, atau peers laki-laki tapi kayak women ally (mendukung perempuan) gitulah.

Jadi kalau kita kecewa, kita enggak merasa sendirian gitulah," saran Fransiska.

Kawan Puan, berdasarkan data dari AAUW.org, hanya ada 12% perempuan di dunia yang bekerja di bidang Engineer.

Di Indonesia sendiri terdapat setidaknya 25.000 lulusan teknik dari perguruan tinggi setiap tahun dan kebutuhan tenaga ahli teknik di Indonesia sekitar 500.000 tiap tahunnya.

Hal ini membuktikan kalau kesempatan bekerja di ranah teknik dan IT sebenarnya sangat terbuka lebar, termasuk bagi perempuan.

Baca Juga: Jadi Crazy Rich Malang, Begini Kisah Sukses Shandy Purnamasari Pemilik MS Glow

Melihat masih besarnya peluang kerja STEM, Fransiska mendorong perempuan Indonesia untuk berani masuk dan berkarier di dunia yang banyak didominasi laki-laki ini.

Menurutnya saat ini sudah banyak figur perempuan yang sukses berkarier di dunia STEM, sehingga perempuan di luar sana tidak perlu khawatir.

"Believe in yourself (percaya pada diri sendiri), kalau kalian percaya kalian bisa enggak ada orang yang bisa membuat kalian berpikir kalian enggak bisa atau enggak layak," kata Fransiska.

Semoga kisahnya bisa menginspirasi kamu ya, Kawan Puan! (*) 



REKOMENDASI HARI INI

Sukses di Dunia STEM, Inilah Sosok Fransiska Hadiwidjana Co Founder Women Works