Hal serupa pun disampaikan oleh Direktur Kemitraan dan Penyelarasan DUDI, Ditjen Pendidikan Vokasi, Ahmad Saufi.
Ahmad Saufi menyampaikan bahwa yang menjadi fokus utama dari program ini adalah penguatan kelembagaan melalui kemitraan dengan dunia kerja yang dikembangkan di sepuluh SMK PK terpilih.
Tak hanya itu, program kerja sama juga dapat membantu peningkatan kapasitas para pendidik maupun tenaga pendidikan melalui lokakarya (workshop) dan pemagangan.
“Melalui program TMT+ ini, kita semua berharap SMK sasaran dapat menciptakan SDM yang memiliki kecakapan hidup dalam berkarier, kecakapan dalam belajar dan berinovasi, serta kecakapan memanfaatkan informasi media dan teknologi, atau yang kita kenal dengan istilah keterampilan abad ke-21,” jelas Ahmad.
Direktur Nuffic Neso Indonesia, Peter van Tuijl menyampaikan bahwa akan selalu memastikan dukungan dari Pemerintah Kerajaan Belanda akan selalu in-line dengan kebijakan yang telah ditetapkan Pemerintah Indonesia.
Khususnya memberikan dukungan dalam revitalisasi sekolah menengah kejuruan.
Baca Juga: Penerimaan Peserta Didik akan Dibuka, Ini Rincian Usia Anak sesuai Jenjang Pendidikannya
Sementara itu Wakil Rektor Bidang Internasionalisasi, Kerja Sama, dan Hubungan Alumni IPB, Dodik Ridho Nurrochmat dalam kesempatan ini menuturkan bahwa kemitraan strategis dengan industri pertanian dalam proses pendidikan akan memberikan dampak baik.
Menurutnya, program ini dapat menjadi lesson learned bagi para kepala SMK Pertanian untuk memastikan adanya hubungan saling menguntungkan antara dunia pendidikan dan industri.
“Program TMT+ difokuskan pada peningkatan kapasitas kepala sekolah dalam membangun kemitraan strategis dengan dunia usaha dan dunia industri serta peningkatan kapasitas guru di bidang-bidang dasar.
Oleh karena itu, pengalaman IPB dalam membangun kemitraaan di bidang pertanian dengan industri pertanian diharapkan dapat menjadi contoh baik bagi SMK, khususnya SMK Pertanian di Indonesia,” pungkas Dodik. (*)