Parapuan.co - Kawan Puan, baru-baru ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi meluncurkan program baru, yakni Orange Knowledge Program (OKP): Tailor Made Training Plus (TMT+).
Program tersebut merupakan salah satu implementasi kerja sama Indonesia dengan Kerajaan Belanda dalam pengembangan pendidikan vokasi melalui SMK Pusat Keunggulan.
Kerja sama antara Indonesia dan Belanda ini akan dikhususkan pada bidang pertanian dengan kompetensi keahlian agribisnis tanaman pangan dan hortikultura, serta agribisnis ternak unggas.
Program ini juga didanai langsung oleh Pemerintah Belanda melalui Nuffic Neso Indonesia.
Pihak yang akan menjadi konsorsium dalam program ini yakni Institut Pertanian Bogor, Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Bidang Pertanian Cianjur, Wageningen University, Zone College, Van Hall Larenstein, dan HollandDoor.
Baca Juga: Menikah Bukan Halangan Perempuan untuk Raih Pendidikan yang Lebih Tinggi
Kemendikbudristek melalui Ditjen Pendidikan Vokasi juga telah menetapkan sepuluh SMK PK sebagai penerima manfaat dari Program TMT+.
Sekolah yang terpilih diseleksi berdasarkan hasil identifikasi bersama-sama oleh Kemendikbudristek, Kementerian Pertanian, dan para pemangku kepentingan lain.
SMK-SMK terpilih itu merupakan Kesepuluh SMK tersebut yaitu:
1. SMKN 1 Karangtengah
2. SMKN 1 Wanareja
3. SMKN 1 Singgahan
4. SMKN 3 Kuala Kapuas
5. SMKN 3 Penajam Paser Utara
6. SMKN PP Kalasey
7. SMK PP Negeri Padang
8. SMK Swasta SPP SNAKMA Muhammadiyah Tanjung Anom
9. SMKN 1 Gelumbang
10. SMKN 1 Pagaran.
Program kerja sama ini juga sekaligus menjadi bentuk konkret kerja sama pemerintah Indonesia dengan Kerajaan Belanda dalam mendukung pendidikan vokasi di Indonesia, khususnya program SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) bidang pertanian.
“Kita berharap dapat belajar banyak dari para ahli pertanian Belanda sehingga SMK pertanian akan memberikan inovasi dan lebih cepat memberikan perubahan, bahkan lebih cepat dari perubahan yang terjadi saat ini,” ungkap Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto saat peluncuran program secara virtual, Rabu (16/6/2021).
Wikan juga menyampaikan harapannya dari program ini agar bisa diimplementasikan dengan baik dan memberikan hasil yang nyata.
Selain itu, ia berharap program kerja sama dapat menciptakan petani, pengusaha di bidang pertanian, dan ahli di bidang pertanian, sehingga dapat menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemimpin di bidang pertanian.
Lebih lanjut, Wikan menyampaikan bahwa adanya program ini akan membuka peluang baru bagi SMK sasaran untuk dapat memperkuat kelembagaan sekolahnya melalui kerja sama dengan dunia kerja di dalam negeri, bahkan hingga skala internasional.
Baca Juga: Perempuan Tak Lagi Tertinggal di Bidang Pendidikan, Bisa Menempuh Sekolah Tinggi seperti Laki-Laki
Sementara itu, Jan Verhagen dari Wageningen University selaku Ketua Konsorsium Pelaksana TMT+ menyampaikan adanya program dapat menciptakan kolaborasi jangka panjang antara SMK dengan dunia kerja.
Dengan begitu, dapat membuka kesempatan kerja lebih luas ataupun meningkatkan peluang kewirausahaan di bidang pertanian.
Verhagen juga menjelaskan bahwa program TMT+ memiliki dua fokus utama, yaitu penguatan kompetensi SDM melalui serangkaian pelatihan dan pengembangan kemitraan dengan dunia kerja yang melibatkan manajemen SMK.
Hal serupa pun disampaikan oleh Direktur Kemitraan dan Penyelarasan DUDI, Ditjen Pendidikan Vokasi, Ahmad Saufi.
Ahmad Saufi menyampaikan bahwa yang menjadi fokus utama dari program ini adalah penguatan kelembagaan melalui kemitraan dengan dunia kerja yang dikembangkan di sepuluh SMK PK terpilih.
Tak hanya itu, program kerja sama juga dapat membantu peningkatan kapasitas para pendidik maupun tenaga pendidikan melalui lokakarya (workshop) dan pemagangan.
“Melalui program TMT+ ini, kita semua berharap SMK sasaran dapat menciptakan SDM yang memiliki kecakapan hidup dalam berkarier, kecakapan dalam belajar dan berinovasi, serta kecakapan memanfaatkan informasi media dan teknologi, atau yang kita kenal dengan istilah keterampilan abad ke-21,” jelas Ahmad.
Direktur Nuffic Neso Indonesia, Peter van Tuijl menyampaikan bahwa akan selalu memastikan dukungan dari Pemerintah Kerajaan Belanda akan selalu in-line dengan kebijakan yang telah ditetapkan Pemerintah Indonesia.
Khususnya memberikan dukungan dalam revitalisasi sekolah menengah kejuruan.
Baca Juga: Penerimaan Peserta Didik akan Dibuka, Ini Rincian Usia Anak sesuai Jenjang Pendidikannya
Sementara itu Wakil Rektor Bidang Internasionalisasi, Kerja Sama, dan Hubungan Alumni IPB, Dodik Ridho Nurrochmat dalam kesempatan ini menuturkan bahwa kemitraan strategis dengan industri pertanian dalam proses pendidikan akan memberikan dampak baik.
Menurutnya, program ini dapat menjadi lesson learned bagi para kepala SMK Pertanian untuk memastikan adanya hubungan saling menguntungkan antara dunia pendidikan dan industri.
“Program TMT+ difokuskan pada peningkatan kapasitas kepala sekolah dalam membangun kemitraan strategis dengan dunia usaha dan dunia industri serta peningkatan kapasitas guru di bidang-bidang dasar.
Oleh karena itu, pengalaman IPB dalam membangun kemitraaan di bidang pertanian dengan industri pertanian diharapkan dapat menjadi contoh baik bagi SMK, khususnya SMK Pertanian di Indonesia,” pungkas Dodik. (*)