Parapuan.co - Kawan Puan, tak bisa dipungkiri lagi ya kalau perempuan itu selalu memperhatikan bentuk tubuhnya.
Ada yang ingin punya badan ideal, ada yang ingin makan bebas tanpa berat badan naik, dan bahkan ada yang mau menaikkan berat badan.
Di sisi lain, saat ingin mencapai berat badan tertentu, pasti pernah dong tergoda dengan berbagai makanan khas Indonesia?
Baca Juga: Apa yang Harus Dimakan dan Dihindari Setelah Perempuan Keguguran?
Misalnya yang biasa dijadikan sarapan seperti bubur ayam, lontong sayur, nasi pecel, nasi uduk dan nasi kuning?
Sebenarnya, menyantap makanan-makanan itu tidak papa lho, Kawan Puan.
Tidak perlu takut akan banyaknya kalori yang masuk ke tubuhmu, hanya saja ada trik yang harus kamu taati.
Baca Juga: Apa yang Harus Dimakan dan Dihindari Setelah Perempuan Keguguran?
Apa Itu Triknya?
Untuk menjawab pertanyaan ini, PARAPUAN telah mewawancari seorang ahli gizi, Ikha Khristina Aninditya, S.Gz.
Menurutnya, perhitungan kalori itu harus disesuaikan dengan individu masing-masing.
"Tetapi dari kalori itu akan kita pecah nih ada yang sumbernya lebih banyak protein, ada yang sumbernya lebih banyak dari karbo, nah itu tergantung dari proporsi tubuh dan aktivitas sehari-hari," ucapnya pada PARAPUAN, Kamis (17/06/2021).
Sebenarnya kalau di pagi hari, Ikha lebih mengarahkan ke protein, lalu sayur dan buah yang kaya akan vitamin serta mineral.
Meskipun begitu, Kawan Puan tetap bisa menyantap sarapan pagi yang tinggi karbohidrat asalkan asupan karbohidrat di malam hari dikurangi.
"Atau misalnya kalau pagi belum ada karbonya, diganti pas malam tidak masalah atau mungkin juga udah ada buah ni, kan udah ada karbo, berarti nanti yang siang dan malam, proporsi makananya dibuat yang ideal aja," jelas Ikha.
Ikha menegaskan kalau mengelola asupan makan itu tidak perlu terlalu strict atau ketat, seperti tidak makan karbohidrat atau menghilangkan lemak sama sekali.
Baca Juga: Mau Diet dengan Menu Sarapan Pagi Asli Indonesia, Kenapa Tidak?
Karena menurutnya, tujuan menghilangkan lemak itu harus dipertimbangkan karena mereka punya fungsinya masing-masing.
"Jadi harus sama-sama ada (protein, lemak, dan karbohidrat), walaupun nanti kita bedakan ada yang ditinggiin proteinnya, oh lalu yang ibu ini harus dikurangi lemaknya, kaya gitu," paparnya
Ikha menambahkan, apapun menunya tak ada masalah, karena makanan itu sifatnya individual.
"Misalnya kalau perempuan itu penampilan dan berat badan itu nomor satu kan, biasanya saya akan tanya dulu, kebiasaan makannya seperti apa. Karena saya enggak akan mungkin mengubah jam biologis," tuturnya.
Baca Juga: 6 Minuman Sehat dan Alami yang Mampu Menurunkan Kolesterol Jahat
Sebab pola makan atau kebiasaan yang sudah dibentuk selama bertahun-tahun itu menurutnya tidak perlu diubah terlalu banyak.
"Saya akan mencoba menata polanya dari kebiasaan yang sudah ada pada pasien. Lalu kalau saat diamati ada yang salah misalnya ada kebiasaan makan pagi itu jam sembilan, itu enggak masalah," ucapnya sembari memberi contoh.
Kalau ada kasus seperti itu maka, jam makan malamnya akan diajukan supaya makan tidak terlalu malam.
Baca Juga: Konsumsi 5 Makanan Ini di Usia 40an untuk Perlambat Tanda Penuaan
Hal ini dikarenakan saat malam kemungkinan aktivitas seseorang lebih rendah dibanding pagi hari.
"Kalau aktivitasnya lebih banyak di siang hari, dan itu kegiatananya tidak banyak gerakan, itu kita akan kurangi kalorinya," tambahnya.
Wah sekarang jadi jelas ya, Kawan Puan kalau kita itu sebenarnya bisa makan apa saja, asal memperhatikan komposisi dan kebutuhan tubuh, termasuk pola aktivitas sehari-hari. (*)