Parapuan.co - Keguguran adalah kondisi sulit yang memberatkan setiap perempuan.
Kondisi ini tentu memukul mental dan fisik perempuan yang mengalaminya.
Bahkan tak jarang berakhir pada kondisi mental yang hancur hingga mengalami depresi.
Baca Juga: Cenderung Dialami Perempuan, Ini Dampak Overthinking yang Terjadi
Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani S.Psi., M.Psi mengatakan bahwa keguguran dapat mempengaruhi kondisi mental perempuan karena dua hal, yakni ekspektasi dari dalam dirinya dan lingkungannya.
"Ekspektasi dari diri sendiri itu misalnya bahwa kita nanti akan menimang bayi, dimanja pasangan, atau disayang mertua karena ini kan keturunan bagi mereka," kata Anna.
Karena keguguran, ekspektasi tersebut runtuh sehingga mempengaruhi keadaaan mentalnya.
Selain itu, persepsi diri terhadap orang lain juga bisa mempengaruhi mental perempuan yang mengalami keguguran.
Baca Juga: Bantu Pulihkan Mentalnya, Ini Cara Mendukung Perempuan Usai Keguguran
"Contohnya 'Saya meyakini bahwa mertua saya sangat-sangat menginginkan anak dalam kandungan saya ini. Itu pasti akan membuat tekanan dalam diri kita menjadi lebih besar," papar Psikolog Anak dan Keluarga pada PacHealth, Plaza Indonesia ini.
"Kayak gitu tuh kan kita juga bisa merasa ‘kayaknya aku benar2 harus berhasil dalam kehamilan ini’," kata Anna.
Menurut Anna, dalam masa berdukanya, seorang perempuan yang mengalami keguguran akan mengalami 5 tahapan kesedihan.
Adapun kelima tahapan kesedihan tersebut yakni penyangkalan, marah, menawar, depresi, serta penerimaan.
1. Penyangkalan (Denial)
Pada tahap ini, perempuan akan merasa tidak menyangka dan percaya bahwa ia telah mengalami keguguran.
Ia pun akan menyangkal kenyataan dengan terus mempertanyakan keadaan yang ia alami.
Ia akan menyalahkan orang di sekitarnya, seperti dokter yang kurang akurat dalam pemeriksaan atau hal lain yang berhubungan dengan kegugurannya.
Baca Juga: Hindari Toxic Positivity, Jangan Katakan 5 Hal Ini Saat Ada yang Bersedih
2. Marah (Anger)
Tahapan selanjutnya dalam proses berduka karena keguguran yaitu marah.
Perempuan yang mengalami keguguran akan memarahi semua hal yang berkaitan dengan kegugurannya.
"Ketika tahap berikutnya, anger, marah. 'Ini mana mungkin', 'ini pasti ada yang salah'," kata Anna seraya mencontohkan.
3. Menawar (Bargain)
Setelah marah, ia akan mengalami kondisi menawar.
Yang dimaksud dengan tahapan menawar ini, ia akan mencoba melakukan apapun untuk menawar kondisinya atau berusaha mengembalikan keadaan.
Mungkin, perempuan yang ada di tahap ini akan mencoba untuk mencari cara agar kehamilannya dapat kembali.
Baca Juga: Pikiran Mulai Suntuk? Yuk, Lakukan 5 Kegiatan untuk Mengembalikan Fokus Kerja
4. Depresi (Depression)
Di tahap ini, perempuan sudah menyadari bahwa apa yang dialaminya sudah tidak mungkin ditawar lagi.
Ia sudah tidak dapat mengembalikan keadaan.
"Jadi ketika seseorang sudah merasa tak ada lagi yang bisa dilakukannya," kata Anna.
5. Penerimaan (Acceptance)
Pada tahap terakhir, perempuan akan menerima keadaannya.
Ia tak hanya sekadar mengetahui bahwa ia mengalami keguguran.
Perempuan yang sudah di tahap ini sudah berdamai dengan dirinya sendiri.
Baca Juga: Suami juga Perlu Tahu, Ini 5 Perubahan Emosional pada Ibu Hamil
"Lebih ke gini, 'saya mengalami keguguran, ini memang sudah terjadi betul, ini adalah sesuatu yang memang sudah anugerah Tuhan buat saya'," kata Anna.
Akan tetapi, tak semua perempuan bisa benar-benar mencapai tahap ini.
Untuk mencapai tahap ini, dibutuhkan waktu dan kondisi di mana perempuan bisa berdamai dengan apa yang terjadi di masa lalu.
"Karena banyak yang tidak terima, tetap marah, tetap nggak mau melihat kenyataan, gitu ya. Jadi banyak yang akhirnya (kembali) ke tahap-tahap itu tadi," jelas Anna.(*)