Begini 5 Cara Menerima Perceraian Orang Tua saat Kita Sudah Dewasa

Ericha Fernanda - Jumat, 25 Juni 2021
Cara menerima perceraian rang tua saat sudah dewasa.
Cara menerima perceraian rang tua saat sudah dewasa. freepik

Parapuan.co - Menghadapi perceraian orang tua saat kita sudah dewasa memang sangat tidak mudah ya, Kawan Puan.

Melihat mereka setiap hari bersama selama bertahun-tahun, apalagi keduanya sangat dekat dengan kita. Tentunya, tak menampik jika dunia terasa hancur.

Tapi apalah daya, sebagai anak kita tidak bisa saling memaksakan mereka untuk bertahan selamanya.

Baca Juga: Cara Beradaptasi sebagai Ibu Tunggal Baru, Begini Kata Psikolog

Keduanya sudah memiliki jalan yang berbeda dan keputusan berpisah adalah yang terbaik meskipun sangat menyakitkan bagi orang tua dan anak.

Sebagai anak, kita harus berada di tahap netral dan tidak memihak ke ayah atau ibu, serta tak perlu mencampuri masalah mereka pribadi.

Kita tidak bisa digunakan sebagai penengah komunikasi antara mereka berdua.

Anak tetaplah anak, yang sampai kapan pun membutuhkan kasih sayang di antara keduanya meski sudah bercerai.

Pastikan diri kita juga aman, apabila salah satu dari mereka toxic atau beracun bagi sebagian yang lain.

Menghindari orang tua seperti itu bukanlah hal yang salah, sebab jika kita selalu bersamanya maka akan mengganggu mental kita sendiri.

Carol Hughes, Ph.D., LMFT, adalah terapis pernikahan dan keluarga berlisensi, pelatih perceraian yang berfokus pada keluarga, spesialis pengasuhan bersama, dan mediator.

Ia membagikan lima cara orang dewasa mengatasi perceraian kedua orang tua, seperti laporan dari Mindbodygreen berikut.

1. Ketahuilah bahwa kita tidak sendirian

Meskipun orang tua tempat kita bersandar sudah berpisah, kita tetap bersama mereka atau salah satunya, apa pun yang terjadi.

Jika keduanya sangat toxic, kita bisa memilih untuk bersama support system yang lain, misalnya pasangan, sahabat dekat, kerabat, atau kakek-nenek.

Perlu waktu bagi kita untuk menerima dan membesarkan hati setelah perceraian orang tua.

Namun kita perlu menyadari bahwa ada orang lain yang ada dan mendukung kita.

Baca Juga: Setelah Bercerai, Ben Affleck dan Jennifer Garner Terapkan Co-Parenting, Apa Itu?

2. Mengelola emosi dan jangan menghindarinya

Setelah orang tua berpisah, dunia kita sudah tidak sama lagi. Ada banyak perubahan yang perlu diadaptasi.

Menerima perceraian bukan hal yang mudah, kita pasti mengalami guncangan seperti stres, bingung, marah, dan bertanya "Mengapa ini semua terjadi padaku?"

Akui saja bahwa perasaan kita itu ada, jangan menghindarinya. Kita punya waktu untuk bersedih, marah, atau frustrasi.

Kelola emosi perlahan-lahan, selesaikan satu-satu, dan ingat bahwa kesehatan mental kita juga penting.

3. Akui bahwa kita berduka atas semua kehilangan

Ketika orang tua bercerai, kita akan kehilangan banyak hal, termasuk kehilangan keluarga besar yang utuh, sistem dukungan keluarga, dan teman bersama.

Impian kita tentang perayaan seperti liburan, wisuda, pernikahan, dan kelahiran, yang berkumpul menjadi satu di rumah dan mendapati orang tua masih bersatu sebagai kakek-nenek ini hilang.

Berduka cita membutuhkan waktu, tapi kita sangat dianjurkan untuk bisa menerima segalanya meskipun itu tertatih-tatih.

Mengakui bahwa kita kehilangan adalah hal sulit, tapi langkah ini bisa membuat kita perlahan bangkit untuk hidup lebih baik lagi.

4. Tetapkan batasan yang sehat

Hubungan orang tua dan anak dewasa meskipun sudah berpisah harus dilanjutkan, tidak ada namanya mantan anak dan mantan orang tua.

Meskipun sudah dewasa, tetap beri tahu mereka masing-masing untuk senantiasa berkabar dan memberikan dukungan dan kasih sayang, termasuk psikologis, keberadaan, dan finansial.

Jangan tempatkan diri kita sebagai penengah atau pengganti pasangan bagi mereka, jadi tetaplah menjalin hubungan dan komunikasi sebagai orang tua dan anak.

Baca Juga: Kawan Puan, Perceraian Tidak Menentukan Definisi tentang Siapa Kamu

5. Mintalah agar orang tua menjauhkan masalah pribadi mereka dari acara perayaan

Perceraian orang tua yang masih terluka dan marah satu sama lain dapat merusak perayaan untuk anak-anak dewasa mereka, seperti wisuda, pernikahan, dan kelahiran anak kita.

Jika perceraian orang tua penuh dendam, ingatkan mereka bahwa mereka pernah jatuh cinta dan menciptakan keluarga bersama. Keluarga itu tetap ada, meski sudah bercerai.

Beri tahu mereka bahwa, daripada membiarkan ketegangan, utarakan keinginan kita agar mereka menghadiri perayaan keluarga secara damai sehingga semua orang masih bisa merasakan rasa kekeluargaan.

Tapi, kita juga dapat meminta orang tua untuk tidak hadir jika mereka membuat pertemuan ini menjadi racun. (*)

Sumber: mindbodygreen.com
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja