Menurut Noémie , apakah jenis kekerasan meninggalkan bekas fisik atau tidak, semuanya adalah pengalaman relasional yang mungkin didorong atau diaktifkan kembali di masa dewasa dalam hubungan intim atau mungkin selama aktivitas seksual.
"Memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana segala jenis penganiayaan anak berperan dalam kehidupan intim orang dewasa sangat penting untuk meningkatkan intervensi terapeutik dan membuat perbedaan nyata dalam kehidupan para penyintas ini jika mereka pernah berkonsultasi dengan seorang profesional," paparnya.
Baca Juga: Ingin Jadi Perempuan yang Kuat Mental? Kata Pakar, Hindari 13 Kebiasaan Buruk Ini
Di mana dalam studi ini, para peneliti merekrut 374 orang dewasa dari Kanada dan Eropa, dan meminta mereka menyelesaikan survei online anonim.
Survei anonim ini menilai pengabaian masa kanak-kanak, pelecehan seksual masa kanak-kanak, gangguan identitas, dan gangguan seksual.
Survei ini juga mengumpulkan informasi sosiodemografi seperti jenis kelamin, usia, status hubungan, orientasi seksual, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan tahunan.
Noémie dan rekan-rekannya menemukan bahwa pengabaian masa kanak-kanak secara positif terkait dengan gangguan identitas, yang pada gilirannya secara positif terkait dengan perilaku seksual yang disfungsional.