Parapuan.co - A Force for Change, sebuah pameran seni dan lelang karya para seniman perempuan berkulit gelap digelar oleh UN Women.
Pameran seni ini diselenggarakan dengan menampilkan 26 karya para seniman yang semuanya adalah perempuan berkulit gelap.
Ya, keunikan dari pameran ini adalah seluruh karya yang ditampilkan dan dilelang adalah dari seniman perempuan kulit gelap.
Baca Juga: UN Women Dukung Keterlibatan Perempuan dalam Proyek Bring Back Equality For Girls
Nantinya keuntungan dari pameran seni dan lelang karya diberikan untuk para seniman perempuan yang ikut berpartisipasi.
Acara pameran dan lelang karya ini merupakan salah satu bentuk dukungan kepada para seniman perempuan berkulit gelap, serta salah satu gerakan yang digagas oleh UN Women sebagai cara mewujudkan kesetaraan gender.
A Force for Change bersifat antargenerasi, internasional, dan interdisipliner.
Para seniman yang ikut di acara ini merupakan perempuan kelahiran antara tahun 1935 dan 1997.
Para seniman dalam pameran A Force for Change ini menghadirkan kontra-narasi bernuansa terhadap presentasi media arus utama tentang perempuan keturunan Afrika.
Dukungan untuk seniman perempuan kulit gelap
Pameran A Force for Change bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan kekuatan transformatif seni perempuan kulit gelap dalam gerakan keadilan sosial, sekaligus mendukung Black Women's Programme atau Program Perempuan Kulit Gelap Global dari UN Women.
Seniman yang berpartisipasi dalam pameran seni dan lelang karya A Force for Change adalah mereka yang sudah terkemuka dan merupakan keturunan Afrika.
Contohnya adalah Cinthia Sifa Mulanga, Sungi Mlengeya, Selly Rabe Kane, dan masih banyak lagi seniman perempuan berkulit gelap yang tergabung dalam pameran.
Phumzile Mlambo-Ngcuka, Direktur Eksekutif UN Women mengatakan bahwa keadilan rasial dan ketidaksetaraan gender tidak terpisah, tetapi satu sama lain terkait secara integral, dan adalah tugas dari UN Women untuk memprioritaskan keduanya.
"Melalui Program Perempuan Kulit Gelap Global (global Black Women's Programme) dan pameran yang akan mengumpulkan dana untuk karya seniman, kami mendukung gerakan dan organisasi perempuan kulit hitam di berbagai belahan dunia untuk membina hubungan yang lebih dekat dan memberikan kekuatan yang lebih besar pada suara dan tindakan mereka," ucap Phumzile Mlambo-Ngcuka, seperti yang PARAPUAN lansir dari website UN Women.
Baca Juga: Ruhana Kuddus, Jurnalis Perempuan Minang Pejuang Isu Kesetaraan Gender
Perwujudan kesetaraan gender melalui seni
Tonni Ann Brodber, Perwakilan Kantor Multi-Negara Karibia Perempuan PBB mengatakan bahwa ambisi mereka untuk program global tentang ras dan gender didasarkan pada seni.
"Kantor kami di Barbados selama beberapa waktu telah bekerja dengan musisi, memahami bahwa ekspresi dan jangkauan mereka adalah jalan penting untuk mengubah norma dan stereotip," ucap Tonni.
Menambahkan dari apa yang sudah disampaikan oleh Tonni, Erin Jenoa Gilbert, Kurator dan Penasihat Seni mengatakan bahwa meskipun karya abstrak dan figuratif yang ditampilkan dalam pameran ini disusun oleh perempuan dengan keragaman bahasa dan estetika yang luar biasa, karya mereka adalah pernyataan kelangsungan hidup dan solidaritas.
"Secara subversif menantang status quo, gambar-gambar ini secara simbolis menghubungkan gerakan sipil dan hak asasi manusia yang terjadi bersamaan di Afrika, Karibia, Amerika Selatan dan Tengah, Eropa, serta Amerika Serikat," ucap Erin.
Ia pun menambahkan, "Pameran ini sekaligus menawarkan kilasan ke masa lalu dan masa depan yang ditata ulang oleh perempuan keturunan Afrika. Citra perempuan yang diberdayakan, yang dipresentasikan oleh para seniman dalam pameran ini, membuktikan pengaruh interseksionalitas dan ikatan tak terpisahkan antara perempuan di seluruh diaspora Afrika."
Keuntungan pameran diberikan ke seniman
Tidak hanya menampilkan dan melelang karya, keuntungan dari acara ini pun akan diberikan kepada seniman perempuan kulit gelap yang ikut dalam kolaborasi.
UN Women menyampaikan bahwa hasil pameran akan dibagi 50% untuk peluncuran program mereka dan 50% lainnya langsung diberikan kepada sang seniman perempuan berkulit gelap.
50% dari hasil pameran dan lelang akan dipakai UN Women untuk meluncurkan Program Perempuan Berkulit Gelap yang memang baru saja digagas.
Program tersebut dirancang untuk menghubungkan perempuan keturunan Afrika di Afrika melalui program komprehensif seputar pemberdayaan ekonomi di industri kreatif, menghubungkan gerakan perempuan di seluruh diaspora untuk memperkuat suara, tindakan, dan dampak mereka, serta menangani kekerasan terhadap perempuan.
Baca Juga: Situasi Adil antara Laki-laki dan Perempuan Harus Diciptakan Demi Kesetaraan Gender
Sementara itu 50% lainnya diberikan langsung kepada seniman sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran akan kesenjangan upah gender global dan nilai pekerjaan perempuan.
Selanjutnya untuk melindungi seniman, pembeli karya lelang harus berjanji untuk tidak menjual karya tersebut setidaknya selama lima tahun.
Para seniman pun diberikan hak untuk menolak penjualan kembali karya mereka yang sudah dibeli melalui acara lelang.
Seniman perempuan berkulit gelap yang ikut acara pameran A Force for Change pun akan mendapatkan 15% dari harga jual karya mereka yang laku lewat acara lelang.
Pameran A Force for Change digelar untuk umum di 530 W 25th Street, New York City dari tanggal 27 sampai dengan 31 Juli 2021.
Sementara acara lelang online yang diselenggarakan di Artsy akan dimulai dari tanggal 16 hingga 30 Juli 2021.
Pameran akan mencakup lukisan, fotografi, gambar, patung, dan film yang tokoh utamanya adalah perempuan kulit gelap.
Pameran seni akan disertai dengan diskusi online tentang peran seniman dalam keadilan sosial dan program Black Women and the Art Market. (*)