Diejek Sejak Kecil, Ini Cara Ucita Pohan Menghadapi Body Shaming

Ratu Monita - Jumat, 16 Juli 2021
Ucita Pohan punya cara tersendiri menghadapi komentar body shaming dari orang lain.
Ucita Pohan punya cara tersendiri menghadapi komentar body shaming dari orang lain. Instagram @uchiet

Parapuan.co - Ketika mendengar nama Ucita Pohan, maka kita akan mengenalnya sebagai penyiar dan content creator bertubuh plus size yang menjadi panutan bagi banyak perempuan untuk bisa tampil percaya diri dengan apapun bentuk tubuhnya. 

Perempuan yang akrab dipanggil Uchiet ini kerap menyampaikan pesan kepada perempuan-perempuan bertubuh plus size bahwa mereka tetap berharga kendati pun dianggap tidak sesuai dengan standar kecantikan yang berlaku di masyarakat. 

Kepercayaan diri Uchiet pun telah menginspirasi banyak perempuan untuk seperti dirinya.

Namun tahukah Kawan Puan, bahwa untuk bisa sampai ke posisi seperti saat ini, Ucita Pohan juga pernah menghadapi jalan yang panjang menghadapi body shaming dan segala cemoohan yang membuatnya terpuruk. 

Baca Juga: Lelah Harus Mengikuti Standar Kecantikan, Ini Cara Ucita Pohan Berdamai dengan Diri Sendiri

"Aku dari dulu memang tidak pernah berada di posisi memiliki tubuh yang kurus, jadi dari kecil I'm chubby girl sehingga saat itu juga aku sadar kalau bentuk tubuh aku tidak sesuai dengan usia," tuturnya saat dihubungi PARAPUAN.

Perasaan berbeda dari orang lain ini membuat Uchiet merasa tidak semenarik dan secantik orang lain dan berdasarkan ceritanya hal ini sudah dirasakan sejak kecil, di bangku sekolah dasar (SD).

"Aku waktu SD kalau diejek gitu pasti sedih, namun perlahan hal itu membaik saat menjelang SMP berkat aku yang saat itu memiliki bacaan tentang empowering, sehingga membuat aku merasa punya kekuatan untuk membalas omongan negatif dari lingkungan," jelasnya.

Memasuki fase remaja dengan bacaan tersebut, Uchiet pun belajar bahwa ia sebenarnya bisa untuk membalas omongan orang-orang yang mencemoohnya dan ia pun mencoba melakukan itu.

"Saat itu aku merasa bisa talk back omongan mereka, jadi aku coba balas terus setiap ada yang ngeledek gitu," cerita Uchiet.

Meski terlihat dapat memuaskan batin, namun hal ini tidak berlangsung lama dilakukan oleh Uchiet.

"Tapi cara membalas omongan orang itu enggak berlangsung lama, karena aku merasa capek harus terus balas omongannya dan lama kelamaan aku juga merasa enggak enak buat berlaku seperti itu," tambahnya lagi.

Semakin dewasa, Uchiet pun memilih untuk membiarkan dan tidak merespon apapun omongan negatif dari lingkungan sekitarnya.

"Karena aku merasa capek tadi, aku pun memilih untuk cuekin aja setiap omongan orang, kalau ada yang ngomong enggak enak, ya aku diemin aja," jelasnya.

Namun sayangnya, cara ini bukan pula yang yang terbaik menurut Uchiet.

Baca Juga: 3 Anggapan Salah Kaprah Soal Body Positivity yang Beredar Luas

Pasalnya saat ia membiarkan orang berbicara hal negatif tentang dirinya dan tidak didukung pengetahuan emosi, hal ini tetap menimbulkan rasa tidak nyaman dalam diri dan kebencian dengan tindakan tersebut.

"Sampai akhirnya yang aku lakukan adalah memaklumi omongan orang tersebut, karena sebelum ini aku juga sempat membalas omongan negatif tersebut dengan memberikannya pujian," ceritanya.

Hal tersebut ia lakukan, karena Uchiet mengingat sebuah teori bahwa mereka yang mengatakan hal negatif sebenarnya adalah orang yang membutuhkan pujian.

Karenanya ia pun mencoba untuk memberikan pujian pada orang-orang yang telah mencemoohnya.

"Saat itu aku belajar menjadi a bigger person dari orang yang cemooh atau ngeledek itu, tapi di sisi lain juga sadar bahwa untuk giving our love to people yang mungkin sebenarnya kita sendiri juga butuh buat diri sendiri its not a wise thing to do," jelasnya.

Dalam artian, hal ini bukanlah cara yang bijak karena percuma memuji orang lain jika dalam hati masih ada rasa kesal dan tidak bisa menerima, menurutnya.

"Saat aku menyadari bahwa hati aku enggak sebesar itu dan kalau dibiarkan begitu saja hal  yang aku kira sikap paling baik secara tidak langsung bisa it's consume me," ceritanya.

Mulai dari situ, Uchiet pun belajar untuk menetapkan batasan dengan omongan orang di sekitar.

"Belajar untuk setting boundaries, kalau aku lagi enggak bisa jadi bigger person cukup hargai ucapan orang, enggak perlu kasih energi balik karena sejatinya kita butuh lebih banyak energi untuk menyelamatkan diri sendiri dulu," tambahnya lagi

Lebih lanjut lagi, ia menyampaikan bahwa saat kita memberikan energi pada orang lain hal ini akan berujung kompensasi dan balik lagi saat kita sudah merasa cukup dengan diri kita maka orang lain juga akan merasakan dampak baiknya.

"Sampai sekarang, hal yang aku lakukan adalah focus on myself aja," ujar Ucita.

"Kalau ada komentar negatif aku cukup hargai kata-katanya saja, karena dengan begitu aku pun juga belajar untuk menghargai perkataan diriku sendiri," pungkasnya. (*)

Baca Juga: Mikaila Patritz Tanggapi Unggahan Micelle yang Kritik Body Positivity

Penulis:
Editor: Citra Narada Putri


REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru