Parapuan.co - Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi kenaikan peminat astrologi dan tarot di tengah masyarakat, terutama Generasi Millenial dan Z.
Pembicaraan mengenai, "Zodiak kamu apa? Sun, Moon, Rising Signs kamu apa?" menjadi sapaan yang kini wajar diutarakan kepada orang-orang yang baru dikenal.
Kita juga sering menemukan orang-orang yang menjadikan zodiak sebagai tolak ukur sesuatu, misalnya sifat orang lain.
Di media sosial, deretan akun khusus zodiak dan prediksi harian mendapatkan pengikut hingga ribuan.
Fenomena zodiak yang populer ini mendorong banyak orang untuk mengunduh berbagai aplikasi pembaca zodiak untuk mempelajari bagan kelahiran dirinya sendiri atau orang lain yang menentukan zodiak mereka di setiap aspek kehidupan.
Baca Juga: Alasan Perempuan Senang Baca Zodiak, Beri Afirmasi Positif pada Diri Sendiri
Selain zodiak, tarot juga menjadi hal yang diminati oleh generasi muda. Tidak hanya dibacakan, banyak orang yang kini belajar cara membaca tarot.
Bagi beberapa orang, membaca bagan zodiak dan tarot dapat menjadi profesi sampingan, selain menambah penghasilan, ada kedamaian tersendiri dari memiliki koneksi spiritual lewat dua hal tersebut.
PARAPUAN berkesempatan untuk berbincang dengan Lucy Stacklin, seorang penulis perempuan, pengamat astrologi, dan juga pembaca tarot, untuk mengetahui alasan memilih tarot dan zodiak menjadi suatu pekerjaan.
Lucy menyukai zodiak sedari kecil karena sering membacanya di majalah perempuan yang saat itu sedang populer.
"Saat remaja aku baru mulai menanyakan orang-orang tanggal kelahiran mereka untuk mengetahui apa zodiaknya. Aku rasa aku bisa mengenal orang lebih baik lewat zodiak mereka," cerita Lucy.
Lucy sendiri baru mengetahui bahwa astrologi itu lebih dari sekedar yang tertulis di majalah-majalah perempuan saat usianya 18 tahun dan mulai menggali serta mempelajari sisi spiritual dari astrologi dan tarot di usia 20 tahun.
"Kakak perempuanku yang pertama kali mengenalkanku dengan tarot. Dia meminjamkan kartu tarotnya lalu bilang, 'Coba kamu kocok kartunya, cari artinya terus jawab pertanyaan aku.'
"Setelah aku coba, dia bilang kalau aku punya 'bakat' di tarot dan harus pelajari lebih soal tarot," ungkap Lucy.
Ketertarikannya dengan spiritualitas lewat dua medium tersebut membuat Lucy memutuskan untuk menjadikan tarot sebagai pekerjaan sampingannya.
Menjadi tarot reader ternyata membawa ketenangan dan kedamaian sendiri bagi Lucy.
Baca Juga: Kenapa Perempuan Percaya Ramalan Zodiak? Ternyata Ini Alasannya Menurut Pakar
"Aku suka membantu orang. Aku akan sangat senang saat bisa memberikan saran dan kejelasan kepada orang lain untuk membantu mereka melewati sesuatu," ungkap Lucy.
Tarot yang berbasis pada intuisi membuat Lucy tertarik untuk mendorong kliennya untuk mendengarkan, mempercayai, dan lebih sensitif terhadap intuisinya.
"Saat aku membaca tarot, it's not my words, it's not my wisdom, tapi aku bisa membantu koneksi dengan klienku dan mendengarkan apa yang spiritual guides mereka ingin katakan," tambahnya.
Bagi Lucy, setiap orang memiliki koneksi dengan dunia spiritualnya sendiri karena pada dasarnya kita juga adalah jiwa atau roh.
Spiritualitas kita sendiri bisa berbicara lewat intuisi, maka Lucy selalu berusaha untuk membantu para kliennya dalam memahami intuisi mereka lewat tarot dan astrologi.
"Orang percaya bahwa spiritualitas sulit untuk dipahami karena memaksa kita untuk memisahkan semua yang telah kita ketahui dan usahakan untuk mencapainya di dunia ini.
"Padahal kan itu pemahaman dasar manusia dan kemampuan kita, hanya saja hidup menjadi semakin rumit sampai-sampai kita tidak bisa melihat spiritualitas kita sendiri," ungkap Lucy.
Lucy mengakui bahwa klien yang mau mendengarkan dan mengikuti arahan intuisinya kebanyakan adalah perempuan.
Astrologi dan tarot biasanya dipromosikan melalui majalah atau media perempuan.
Feminisasi astrologi ini, membuat laki-laki cenderung tidak percaya atau menganggapnya serius karena dianggap tidak dewasa dan terlalu girly.
Baca Juga: Diam-diam Menghanyutkan, Ini 4 Zodiak Paling Kalkulatif dan Cerdik
"Pengalaman dengan klien laki-laki, biasanya mereka tidak suka dikotak-kotakan dan benci ketika diberitahu orang lain apa yang salah dengan mereka," cerita Lucy.
Walaupun cukup populer, astrologi dan tarot juga merupakan hal yang sensitif, banyak masyarakat Indonesia yang masih tidak percaya dan merasa bahwa dua medium tersebut adalah hiburan semata.
Tidak sedikit juga terdengar klaim yang keliru mengenai astrologi dan tarot, hal tersebut seringkali membuat astrologi dan tarot dipandang negatif.
Lucy berusaha untuk tidak ambil pusing mengenai pandangan negatif terkait pekerjaannya, baginya yang terpenting adalah medium tarot dan astrologi telah membukakan jalannya untuk membantu orang lain. (*)