Parapuan.co - Kawan Puan, menjalani hidup sebagai perempuan memang sangat tidak mudah.
Terlahir sebagai perempuan, kita sering dihadapkan dengan beban stigma yang ada di masyarakat.
Kita sering kali didorong untuk mengikuti standar yang sudah ada.
Memberi perlawanan atau menjadi berbeda justru akan membuat perempuan dicap dengan stigma negatif.
"Jangan menjadi perempuan yang terlalu mandiri, nanti enggak ada laki-laki yang mau sama kamu loh."
"Jangan macam-macam, perempuan itu tempatnya di rumah, mengurus rumah tangga, suami dan anak."
"Udah 30 tahun lebih kok belum menikah sih, terlalu pilih-pilih nih."
Baca Juga: Pelompat Yulimar Rojas Rodriguez Pecahkan Rekor Dunia Lompat Jangkit Putri di Olimpiade Tokyo 2020
Nah, Kawan Puan, apakah kamu pernah mendengar kata-kata semacam itu?
Kamu tidak sendirian, ternyata masih banyak perempuan Indonesia yang juga mendapat stigma semacam ini.
Padahal sama halnya seperti laki-laki, perempuan juga punya mimpinya dan aspirasinya sendiri.
Ya, perempuan juga berhak untuk memilih jalan hidupnya dan mewujudkan mimpi-mimpinya sama seperti laki-laki.
Sayangnya, stigma yang diberikan ini justru menghambat dan membuat banyak perempuan terbelenggu dan takut melangkah lebih jauh lagi menggapai keinginannya.
Nah, menanggapi permasalahan ini, pada Arisan Parapuan episode 5, Parapuan membahas Perempuan vs Stigma.
Dalam acara ini, Parapuan menghadirkan Shanti Tolani, Country Head dan Board of Director dari MMA Global, sebagai narasumber.
Baca Juga: Intip Manisnya Persahabatan Greysia Polii dan Pebulu Tangkis Thailand
Dalam kesempatan itu, Shanti membahas tentang stigma yang melekat pada perempuan serta kebebasan kita untuk menghidupkan mimpi.
Sama seperti perempuan lainnya, Shanti juga harus berhadapan dan berjuang melawan stigma yang melekat padanya.
"Tentu saja, sebagai perempuan Asia yang tadinya tinggal di India, sekarang udah 12 tahun di Indonesia, itu stigma ikut saya kemana-mana," ucap Shanti di Arisan Parapuan episode ke 5.
Dalam ranah profesional, Shanti mengaku selalu mendapat stigma terlalu ambisisus dalam bekerja.
Baca Juga: Dikagumi CEO One Championship, Inilah Sosok Paulina Purnomowati
Sementara dalam kehidupan pribadinya Shanti bercerita bahwa kondisinya yang masih single di usia yang tidak muda lagi, membuatnya sering mendapat stigma terlalu pemilih dalam hubungan.
Stigma-stigma yang dialami Shanti ini tentu sempat membuatnya merasa sedih, Kawan Puan.
Namun demikian, Shanti berhasil menemukan jalannya sendiri untuk mengatasi stigma yang ditujukkan padanya tersebut.
Menurutnya, untuk bisa melawan stigma yang dilekatkan oleh orang lain, kita harus bisa mengenali dan jujur pada diri kita sendiri, Kawan Puan.
Baca Juga: Raih Medali Emas, Pelari Jamaika Elaine Thompson-Herah Pecahkan Rekor di Olimpiade Tokyo 2020
"Kita harus jujur sama diri sendiri, kita enggak bisa main-main, kita mau bohongin orang lain oke, tapi kita enggak bisa bohongin diri sendiri.
"Apakah kamu bahagia dengan situasi itu atau tidak, jika kamu enggak bahagia, itu masalah, karena nanti kena tonjokan dari luar sebagai stigma, kita nanti drop, emotion nya down," jelas Shanti.
Nah, Kawan Puan, terkadang stigma yang melekat pada kita justru berasal dari orang-orang terdekat kita.
Sedih, sudah pasti, tapi kita harus bisa mendengarkan terlebih dahulu saran mereka, karena mereka pasti juga ingin yang terbaik untuk kita.
"Kita harus paham, bahwa mereka juga care, sebenernya. Mereka peduli dan sayang sama kita. Tapi mereka enggak paham bagaimana perasaan kita. Jadi solusinya dengerin saran mereka, tapi berkomunikasi juga perasaan saya seperti ini, pikiran saya seperti ini,"sarannya.
Nah, Kawan Puan, apakah kamu juga pernah mendaptkan stigma yang membuatmu ragu untuk melangkah ke depan?
Apa yang kamu lakuakn untuk melawan stigma tersebut?
Tulis di kolom komentar ya!
Baca Juga: Tak Jadi Pemenang, Paulina Purnomowati Diajak Kerja Bareng CEO ONE Championship di Singapura