Konsep negara yang terkandung dalam nama “Galeri Nasional” berhadapan dengan gagasan dengan bentuk lain dari komunitas, solidaritas dan rasa kebersamaan, diawali dengan konsep Beuys mengenai patung sosial (social sculpture).
Pameran ini mempertemukan karya-karya lebih dari 50 seniman, arsip berbagai gerakan seniman serta intervensi oleh para penggagas kolektif budaya.
Selain karya-karya Joseph Beuys di Hamburger Bahnhof ditampilkan juga karya dan dokumen dari koleksi beberapa Museum Nasional di Berlin dari zaman imperialisme sampai masa kini, serta karya-karya pinjaman dari museum mitra di Chiang Mai, Jakarta dan Singapura, serta dari para seniman.
Baca Juga: Rekomendasi 5 Museum di Sumatera Utara yang Bisa Kamu Kunjungi
“Nationalgalerie – Staatliche Museen zu Berlin dapat didirikan pada tahun 1871 terutama karena adanya sumbangan kolektor pribadi dan bankir asal Berlin, Joachim Heinrich Wilhelm Wagener, kepada raja Prusia, dengan syarat bahwa sebuah galeri nasional harus didirikan di Berlin.
"Tuntutan akan pendirian sebuah galeri nasional berhubungan erat dengan tidak adanya ikatan dan sentimen kenegaraan.
"Museum sebagai tempat representasi persatuan spiritual dikaitkan dengan harapan untuk mencapai persatuan politik sebagai negara yang sudah lama didambakan.
"Tetapi pembentukan negara ini tidak bertepatan dengan era imperialisme yang baru tumbuh, di mana kepemilikan atas daerah jajahan dipandang sebagai masalah wibawa nasional dan diperebutkan secara brutal.
"Kini, Galeri Nasional di Berlin menampung salah satu koleksi terbesar karya-karya Joseph Beuys, seniman pencetus konsep yang mencakup tindakan manusia yang diarahkan untuk membangun struktur dan wujud masyarakat," jelas Anna-Catharina Gebbers, Kurator Koleksi untuk Seni Kontemporer di Nationalgalerie im Hamburger Bahnhof - Museum für Gegenwart - Berlin.