Lebih parahnya lagi, proses persalinan pada kehamilan usia muda berisiko tinggi menyebabkan kematian pada ibu.
Studi ini pun menyebutkan jika remaja yang mengalami kehamilan sangat rentan mengalami anemia.
Adapun anemia pada ibu hamil bisa berbahaya bagi janin.
Baca Juga: Banyak Jadi Pertanyaan Perempuan, Bisakah Kelahiran Prematur Dicegah?
Ibu dapat mengalami keguguran, bayi lahir prematur, bahkan hingga kematian pada bayi.
Dilansir dari UNICEF, bayi yang lahir dari ibu berusia di bawah 20 tahun 2 kali lebih berisiko meninggal selama 28 hari pertama sejak kelahiran, jika dibandingkan bayi yang lahir dari ibu berusia 20-29 tahun.
Pada akhirnya, perkawinan anak dan remaja bukanlah solusi yang tepat untuk menghindari perilaku seks bebas di kalangan remaja.
Perkawinan di usia remaja justru terbukti menyebabkan permasalahan lanjutan pada aspek kesehatan, pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Semestinya, anak dan remaja diberikan akses pada pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi yang mumpuni agar anak dan remaja lebih paham konsekuensi dari setiap aktivitas seksual.
(*)