Tak lama kemudian, perempuan kelahiran tahun 1752 ini akhirnya dibebaskan.
Nyi Ageng Serang pun dikirim oleh pemerintah Belanda ke Yogyakarta.
Dia pun menghabiskan waktu untuk memperdalam spiritualisme.
Akhir Perjuangan
Begitu lama Nyi Ageng memperdalam spiritualnya di Yogyakarta.
Lalu, tiba-tiba perang Diponegoro terjadi lagi, sehingga ini pun membangkitkan semangat pariotisme Nyi Ageng Serang.
Baca Juga: Perjalanan Fatmawati Soekarno dalam Kemerdekaan Republik Indonesia
Dia bersama suaminya, Kusumawijaya, pun turun ke medan perang mengatur segala strategi.
Sayang, sang suami pun harus gugur. Inilah yang akhirnya membuat Nyi Ageng Serang merasa tertekan.
Sebab itu, dia lalu melatih cucu laki-lakinya untuk terampil menyiasati perang melawan Belanda.
Barulah, Nyi Ageng Serang dan cucunya berperang kembali di pertempuran bersama Pangeran Diponegoro.
Dia diangkat oleh Pangeran Diponegoro sebagai penasehat perang.
Selang beberapa tahun kemudian, kondisi kesehatan Nyi Ageng Serang menurun di usianya ke-76.