Parapuan.co - Kawan Puan, berawal dari pengalaman pribadinya yang menerima diskriminasi gender terhadap perempuan di dunia pelayaran, Kapten Suarniati bersama rekan-rekannya yang lain mendirikan IFMA (Indonesian Female Marine Association).
Dalam perjalanan kariernya, Captain Suarniati sempat kesulitan mencari pekerjaan lantaran diskriminasi gender yang masih terjadi di dunia pelayaran Indonesia.
Menurut cerita Captain Suarniati kepada PARAPUAN beberapa hari lalu, pengalaman pahit yang ia rasakan inilah yang menginspirasinya untuk memulai IFMA.
"Basicly dari cerita saya, dari perjuangan saya, saya enggak pengen adek-adek saya, para penerus mengalami apa yang saya alami," ucapnya.
Baca Juga: Jadi Nahkoda Perempuan Pertama, Kapten Suarniati Berani Lawan Stigma
Faktor Diskriminasi Gender Tergadap Pelaut Perempuan
Kawan Puan, menurut penuturan Captain Suarniati kepada PARAPUAN ada berbagai faktor yang melatarbelakangi masih banyaknya perusahaan yang enggan menerima pelaut perempuan, yakni fisik dan gender isu.
Dari segi fisik, banyak perusahaan pelayaran yang masih enggan mempekerjakan pelaut perempuan karena fisiknya yang dianggap lebih lemah dibandingkan oleh laki-laki.
"Pada saat kita audiensi dengan stake holder, mereka menyampaikan bahwa mereka tidak meragukan kemampuan pelaut perempuan dari segi knowledgenya, tapi dari sisi fisiknya.
"Saya bingung, dibilang fisiknya, memang kerja apa di kapal buat para pewira? Emang ngakat kontainer? Kan enggak!
"Mereka bilang 'ada kapal yang saat merapatkan harus narik tali dan segala macam'. Kami (pelaut perempuan) di masa kadet juga narik tali," tegas Kapten Suarniati.
Nah, untuk membuktikan bahwa pelaut perempuan juga memiliki kompetensi yang sama dengan pelaut laki-laki, IFMA meluncurkan satu kapal dengan kru semua adalah perempuan, Kawan Puan.