"Terus kita sosialisasi ke seluruh Indonesia, kita singgah di sekolah-sekolah pelayaran, kita dengungkan ke bangasa ini, ke negara ini bahwa pelaut perempuan itu ada," ceritanya.
"Tidak berhenti di situ, saya, kakak saya (Fini) dan pengurus IFMA yang lain mendekat ke Pemerintah, audiensi di Kemeterian Ketenagakerjaan terus ke Menteri Pemberdayaan Perempuan, terus ke Menteri Perhubungan, ke Dirjen Perhubungan Laut," jelasnya.
Kawan Puan, perjuangan Kapten Suarniati dalam mewujudkan kesetaraaan hak antara perempuan di dunia pelayaran ini tidak bisa dianggap enteng.
Bersama dengan pengurus IFMA lainnya, Kapten Suarniati rela menggunakan tabungan hasil kerja kerasnya untuk operasional IFMA.
"Mobilitas (IFMA), kita sokong sendiri, saya habisin dari tabungan dan deposisto saya, kakak saya juga seeprti itu, pengurus lain juga seperti itu," jelas Kapten Suarniati.
Baca Juga: Sosok Febriti Nur Tsabitah, Pengibar Bendera Merah Putih di Upacara HUT Ke-76 RI
Pencapaian Indonesian Female Marine Association
Kawan Puan, berkat usaha IFMA turun gunung dan mengetuk satu-persatu institusi serta perusahaan, hasil nyatapun di dapatkan.
"Kita bisa buat mes pelaut perempuan, tahun 2018, kita berhasil lauch satu kapal yang semua krunya itu perempuan, itu sebuah prestasi," terangnya.
Kawan Puan, sebelum itu, di tahun 2017, berkat tuntutan IFMA, Dirjen Perhubungan Laut mengeluarkan surat edaran bahwa seluruh perusahaan yang ada di Indonesia harus menerima pelaut perempuan sebanyak 10 persen.
"Kita menuntut agar seluruh perusahaan pelayaran yang ada di Indonesia bisa mempekerjakan pelaut perempuan minimal 10 persen dari keseluruhan jumlah awak kapal," jelasnya.