“Dulu aku cuma ikut-ikutan kakak saja. Kebetulan saat itu lingkunganku memang atlet angkat besi, angkat berat, gitu. Sampai pelatihnya melihatku dan dilatihnyalah.
Ikut perlombaan, sampai dapat juara dan medali emas pertama kali di Kejurnas 2006. Tahun 2007 langsung ditarik masuk pelatnas di sini, di Solo,” ujarnya.
Barulah setelah mengikuti beragam kompetisi, Widi berkesempatan mengikuti pelatnas untuk mengikuti ASEAN Para Games Thailand 2001.
Tak disangka, dia berhasil membawa pulang perunggu.
Hatinya begitu riang, meskipun orangtua Widi saat itu begitu khawatir dengan kondisinya.
Baca Juga: Perjalanan Karier Herryanti Herman Menggeluti IT hingga Jadi Direktur
Alami krisis kepercayaan diri
Di balik prestasi yang ditoreh Widi di Kancah Internasional, rupanya perempuan kelahiran 12 Desember 1992 ini sempat alami krisis kepercayaan diri karena kekurangannya.
Dia cerita kalau dirinya sudah mengalami polio sejak usia tiga tahun akibat kesalahan dokter.
Seiring dewasa dan masuk sekolah, Widi merasa tidak percaya diri duduk di kursi roda.
Dia hanya bisa melihat teman-temannya bermain, tapi dia tidak bisa ikut bermain.
Inilah yang akhirnya membuat Widi menangis ke orangtuanya.