Parapuan.co - Dalam perencanaan keluarga, pemilihan metode kontrasepsi yang sesuai adalah kunci yang paling utama.
Penggunaan alat-alat kontrasepsi yang tersedia dapat membantu merencanakan kehamilan di waktu yang tepat.
Selain itu, dengan penggunaan alat kontrasepsi, jarak antara kehamilan sebelumnya dan kehamilan berikutnya dapat diatur.
Hal ini diperlukan agar ayah dan bunda bisa berkonsentrasi dalam pemulihan fisik dan perawatan si buah hati yang baru lahir hingga ayah dan bunda siap untuk memiliki keturunan lagi.
Namun, banyaknya metode kontrasepsi yang tersedia kerap membingungkan baik perempuan maupun laki-laki.
Baca Juga: Pandangan Hukum Soal Pemaksaan Kontrasepsi pada Britney Spears, Legal atau Tidak?
Kurangnya pengetahuan tentang metode kontrasepsi dan berita-berita miring tentang efek samping kontrasepsi turut menjadi faktor yang menyebabkan banyak keluarga memilih tak gunakan alat kontrasepsi.
Apalagi metode kontrasepsi hormonal seperti suntik KB, pil KB, dan IUD yang dianggap ribet dan tak nyaman bagi sebagian perempuan.
Akan tetapi, dewasa ini, pilihan alat kontrasepsi sudah semakin variatif.
Kawan Puan yang tak ingin menjalani suntik KB setiap satu atau tiga bulan sekali, atau tak ingin meminum pil setiap hari di jam yang sama, dapat mempertimbangkan untuk menggunakan alat kontrasepsi koyo KB atau birth control patch.
Koyo KB, atau plester KB disebut juga sebagai metode kontrasepsi transdermal, atau transdermal patch.
Mengutip WebMD, metode kontrasepsi ini tak jauh berbeda dengan metode kontrasepsi dengan menggunakan pil.
Koyo KB memiliki cara kerja yang sama dengan pil, yakni dengan menghambat proses ovulasi melalui hormon estrogen dan progestin.
Bedanya, pada koyo KB, hormon estrogen dan progestin dilepaskan dan diserap melalui permukaan kulit.
Baca Juga: Beragam Manfaat Pil KB Selain Cegah Kehamilan, Salah Satunya untuk Jerawat
Cara pakainya pun terbilang mudah, cukup dengan menempelkan koyo di atas permukaan kulit, serta hanya perlu diganti setiap satu kali seminggu.
Mengacu pada MedicalNewsToday, koyo KB dapat ditempelkan di bagian lengan, perut, punggung, dan juga bokong.
Koyo KB pun makin praktis manakala koyo ini tak perlu dilepas saat sedang mandi, berenang, berolahraga, atau beraktivitas lainnya.
Namun, agar dapat befungsi dengan sempurna hingga 99% efektif dalam mencegah kehamilan, penggunaannya harus dilakukan dengan benar.
Pertama, pastikan kulit telah dibersihkan dan dalam keadaan kering sebelum menempelkan koyo KB, usahakan untuk menempelkan koyo di area kulit yang tidak ditumbuhi rambut, agar tidak sakit saat melepas koyo.
Kedua, tempelkan koyo, tekan dan tahan selama kurang lebih 10 detik agar memastikan koyo telah tertempel dengan sempurna dan tidak lepas.
Jika koyo lepas, tempelkan kembali dengan segera, namun, jika koyo tidak dapat menempel lagi dengan sempurna, sebaiknya ganti koyo KB dengan lembaran yang baru.
Selain itu, perlu diingat, jika koyo lepas dari kulit lebih dari 24 jam, maka penggunaan koyo KB dianggap tidak efektif, dan kehamilan sangat mungkin terjadi.
Karenanya, jika merasa penggunaannya tidak optimal, gunakan koyo KB berbarengan dengan metode kontrasepsi lainnya seperti kondom.
Walaupun penggunaannya relatif praktis dan efektif, tapi koyo KB tidak dapat digunakan oleh semua orang.
Terutama bagi mereka yang aktif secara seksual.
Perlu digarisbawahi jika alat kontrasepsi ini tidak dapat melindungi dari kemungkinan tertular infeksi menular seksual (IMS) seperti HIV dan klamidia.
Disamping itu, koyo KB sebaiknya tidak digunakan oleh perempuan yang memiliki masalah kesehatan tertentu, misalnya kanker payudara, penyakit jantung, stroke, diabetes, penyakit liver, tekanan darah tinggi, migrain, dan penyakit pembekuan darah.
Koyo KB pun sebaiknya perlu diihindari oleh ibu yang merasa tengah hamil.
Ibu yang sedang menyusui juga sebaiknya tak gunakan metode kontrasepsi ini selama minggu pertama setelah melahirkan, sebab hormon estrogen dari koyo KB dapat mengganggu kualitas ASI.
Baca Juga: Rencanakan Keluarga? Ini Metode Kontrasepsi yang Aman untuk Ibu Menyusui
Koyo KB mungkin juga tidak cocok bagi orang yang mengalami obesitas dan perokok di atas usia 35 tahun, termasuk orang yang baru saja berhenti merokok.
Untuk memastikan keamanan saat menggunakan metode kontrasepsi ini, ada baiknya untuk lakukan konsultasi dengan dokter kandungan.
(*)