Parapuan.co - Saat ini, seluruh negara di dunia diancam oleh perubahan iklim.
Perubahan iklim ini salah satunya disebabkan oleh sampah yang tidak bisa didaur ulang tetapi sulit terurai.
Tentu saja, sangat dibutuhkan gebrakan-gebrakan untuk mengambil langkah awal agar bumi tidak semakin rusak. Salah satunya dengan inovasi alat makan ramah lingkungan.
Di Indonesia sendiri, ada inovasi yang sangat berguna untuk menjaga kelestarian alam yaitu piring dari pelepah pinang.
Inovasi piring pelepah pinang ini dibuat oleh warga Desa Sinar Wajo dan Desa Sungai Beras yang berlokasi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.
Mereka tergabung dalam Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS), tepatnya KUPS Lojo’ Kleppaa dan KUPS Kodopi Mitra Madani.
Anggota KUPS ini menjual pinang untuk kehidupan sehari-hari. Namun, sejak pandemi masuk ke Indonesia pada Maret 2019, permintaan akan pinang dan harga pinang terus menurun.
Menjelang akhir tahun 2020, masyarakat sekitar mulai mengembangkan piring pelepah pinang yang idenya mereka bawa dari luar desa.
Komunitas Konservasi Indonesia - Warung Informasi Konservasi (KKI Warsi) melakukan pendampingan terhadap pengembangan produk kerajinan dari pelepah yang bernilai ekonomi tersebut dan membuka kerja sama dengan Rumah Jambee, salah unit usaha piring pelepah pinang di Jambi.
“Kami memberi pelatihan terkait proses pembuatan piring, termasuk cara menggunakan alat untuk mencetak, sehingga masyarakat bisa langsung praktik,” kata Ayu Shafira, Fasilitator Komunitas dan Kabupaten KKI Warsi, mengutip rilis yang diterima PARAPUAN.
Baca Juga: Berikut Inspirasi Dekorasi Kamar Tidur agar Seperti di Drama Korea
Fakta Piring Pelepah Pinang
Agar Kawan Puan lebih memahami tentang proses pembuatan dan fakta unik tentang piring pelepah pinang ini, simak penjelasannya berikut.
1. Solusi Limbah Pelepah
Untuk membuat piring, pelepah pinang yang baru jatuh sekitar satu-dua hari diambil lalu dicuci dengan sabun pencuci piring untuk bahan makanan.
Kemudian, pelepah pinang tersebut dijemur selama kurang lebih 3 sampai 4 jam dengan mengandalkan sinar matahari.
Setelah pelepah kering, piring dicetak dengan alat mesin molding hot press dengan suhu 120 derajat celcius. Satu menit kemudian, piring sudah siap digunakan.
Dalam proses pembuatannya, perajin tidak menggunakan bahan kimia sama sekali. Piringnya pun lebih kokoh daripada piring kertas karena pelepah pinang memang tebal dan berlapis lilin.
“Piring ini juga tahan lama. Jika sudah dijemur hingga benar-benar kering, ia tidak akan berjamur sama sekali, meski disimpan di dalam lemari tertutup.”
Ayu kemudian menambahkan, piring yang dibuang ini tidak akan merusak lingkungan karena mudah terurai.
“Jika sudah selesai digunakan, piring bisa dibuang seperti membuang daun pisang. Dia akan terurai di alam tanpa merusak lingkungan,” kata Ayu.
2. Bisa Dipakai Ulang
Piring pelepah pinang tidak menggunakan prinsip sekali pakai. Sebab, konsumen bisa menggunakannya berulang hingga maksimal 8 kali.
“Namun, hal ini juga tergantung pada proses pencucian. Kalau piring direndam, kemungkinan besar serat piring akan melunak, karena air masuk ke celah-celah piring, sehingga ia tidak lagi kokoh.”
Baca Juga: Inspirasi Dekorasi Rumah Playful dan Penuh Warna ala Diana Rikasari
“Lebih baik dibasuh menggunakan air, tanpa direndam dahulu. Juga tidak perlu digosok terlalu keras dengan sabun,” kata Ayu, memberikan tip mencuci.
Tidak hanya bisa digunakan untuk makanan yang kering seperti gorengan, kekuatan piring pelepah pinang juga serupa dengan styrofoam yaitu bisa untuk menyajikan makanan berkuah yang panas, seperti bakso.
3. Harga Terjangkau
Sejak mulai menekuni usaha piring pelepah pinang pada November 2020, hingga April 2021 kedua desa ini sudah menjual sekitar 400 buah piring secara total. Harga satu buah piring berkisar antara 5 ribu hingga 6 ribu Rupiah.
Ayu menjelaskan, kalau piringnya dibentuk seperti styrofoam yang tertutup, artinya memerlukan dua buah piring pelepah untuk ditangkupkan.
Harga dua buah piring pelepah pinang ini tentu bisa menjadi dua kali lipat.
Harga ini masih terbilang murah jika dibandingkan harga piring yang dipasarkan melalui toko online. Ayu pernah menemukan piring yang sama dijual seharga 16 ribu Rupiah di Bali.
4. Corak Cantik yang Menarik
Piring yang dipasarkan kini tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk. Ada yang persegi panjang atau bundar dengan diameter berbeda-beda.
Dari segi warna, piring tersebut terbagi menjadi 3 grade, yaitu A, B, dan C. Grade A adalah piring nyaris tanpa corak atau polos, grade B adalah piring setengah bermotif, dan grade C adalah piring dengan banyak motif.
“Secara kualitas tidak ada perbedaan sama sekali di antara 3 grade tersebut. Warna dan coraknya benar-benar tergantung pada pelepah pinang yang kita dapatkan.”
“Rata-rata konsumen menyukai piring yang bermotif seperti serat kayu alami. Harga piring yang bermotif dikenai harga sedikit lebih mahal, karena tampilannya lebih bagus. Tapi, selisihnya hanya Rp500, kok,” papar Ayu.
Baca Juga: Rekomendasi Dekorasi Dinding Anyaman agar Ruangan Terlihat Estetik
5. Solusi Ekonomi dan Lingkungan
Dalam mengerjakan piring pelepah pinang ini, setiap desa memiliki rumah produksi. Lima belas orang dari tiap desa memproduksi piring secara swadaya.
Tugas mereka terbagi-bagi, seperti perusahaan kecil. Ada orang di bagian produksi untuk mencetak pelepah, ada juga yang bertanggung jawab di bagian pemasaran.
“Jika telah mendapatkan penghasilan tambahan dari piring pelepah, para petani bisa tetap menanam pohon pinang dan tetap menjaga kelestarian ekosistem gambut, khususnya di wilayah Hutan Lindung Gambut Sungai Buluh,” kata Asrul Aziz Sigalingging, Koordinator Project KKI Warsi.
Ia melanjutkan dengan membeli piring pelepah pinang, konsumen bisa membantu dari sisi ekonomi dan ekologi.
Selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, konsumen akan berkontribusi secara langsung terhadap penyelamatan lingkungan.
Piring hasil produksi kedua desa itu pun sudah diberi merek sesuai nama KUPS mereka.
Kawan Puan bisa menjangkaunya melalui instagram resminya di Rumah Jambe-e (@rumahjambee) dan Piring Pelepah Pinang (@upih.pinang).
Jika membeli produk mereka, konsumen akan mendapatkan kartu cantik berisi ucapan terima kasih karena secara langsung telah mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, sekaligus menyelamatkan ekosistem lahan gambut.
Nah, mengganti styrofoam dengan piring pelepah pinang bisa jadi alternatif yang lebih baik untuk bumi kita Kawan Puan. Mulai sekarang lestarikan bumi dimulai dari diri sendiri. Selamat mencoba!
(*)
Baca Juga: 7 Manfaat Teh Celup Bekas, untuk Usir Hama hingga Penyegar Kulkas