Kendati demikian, menurut dr. Wilson gejala-gejala tersebut perlahan menghilang seiring waktu dengan adanya dukungan sosial dan strategi penanganannya.
Berhasilnya proses pemulihan ini pun membuat korban kekerasan terhadap perempuan dapat kembali melanjutkan hidupnya.
Baca Juga: Kekerasan pada Perempuan dan Anak, Kenali Jenis dan Cara Melaporkannya
Reaksi tubuh
Selain mempengaruhi kondisi mental, kekerasan terhadap perempuan juga berdampak pada kondisi tubuh dalam jangka panjang.
"Pelecehan seksual yang dialami perempuan tercatat sebagai trauma dan sulit bagi pasien untuk menghadapinya, kondisi tersebut sebenarnya juga membuat tubuh mulai kewalahan," ujar psikolog dr. Nakeshia Hammond.
Pada kondisi ini para ahli menyebutnya somatisasi yakni kesehatan mental bergejolak luar biasa hingga seseorang tidak dapat memprosesnya sampai mengatakan "saya telah trauma' atau 'saya depresi'.
"Kondisi ini semacam penyangkalan, yang apabila terjadi dalam waktu lama, maka akan menimbulkan gejala fisik," lengkap dr. Hammond.
Gejala fisik yang dialami dirasakan secara perlahan mulai dari nyeri otot, sakit kepala, atau bahkan masalah kesehatan kronis seperti tekanan darah tinggi dan masalah gula darah.
"Dalam jangka panjang, itu bisa menyebabkan masalah jantung," kata Hammond.
Menurut dr. Hammond hal ini wajar terjadi, bahkan pasien yang memiliki kesadaran penuh dan menyadari mereka cemas dan depresi juga dapat mengalami masalah ini.