Parapuan.co - Kasus pelecehan seksual dan perundungan terhadap pegawai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) masih terus bergulir.
Kasus ini mencuat setelah korban berinisal MS menulis surat terbuka yang menjadi viral di media sosial Rabu pekan lalu, (1/9/2021).
Melalui surat terbuka, MS mengaku sudah menjadi korban perundungan sejak ia bekerja di KPI tahun 2012 dan mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh rekan kerjanya pada 2015 silam.
Baca Juga: Pengacara Sebut MS Diminta Teken Surat Damai oleh Pihak KPI Pusat
Terbaru, pihak terduga pelaku berinisial EO dan RD membantah melakukan pelecehan seksual terhadap korban MS.
Terlapor berdalih hanya bercanda terhadap korban dan merupakan lelucon sehari-hari di lingkungan kantor.
Ini disampaikan oleh Tegar Putuhena selaku pengacara kedua terduga pelaku.
Mengapa dianggap bercanda?
Reynitta Poerwitto, seorang psikolog klinis yang berpraktik di Eka Hospital BSD menjelaskan mengapa seseorang jika terdesak dan sering kali menggunakan alasan bercanda.
"Karena memang itu alasan yang bisa diterima, dengan mengatakan 'Itu kan cuma bercanda'," kata Reynitta kepada PARAPUAN, Jumat (10/11/2021).
Ia menjelaskan, alasan bercanda dikeluarkan saat seseorang merasa terdesak dan tidak nyaman dengan situasi yang menyudutkannya.
Solusi cepat yang bisa meredakan situasi yaitu dengan menganggap sebuah peristiwa menjadi lelucon atau bahan bercanda semata.
"Sementara pelaku paling gampang berdalihnya itu ya dengan bercanda, padahal dalam psikologi itu tidak ada yang namanya bercanda," ujar Reynitta.
Baca Juga: Ketua KPI Lakukan Perubahan Aturan Pasca Kasus Pelecehan dan Bullying di KPI Pusat
Reynitta memperingatkan, bahwa dalam psikologi manusia itu tidak ada bercanda, semua pebuatan itu dilakukan dengan sengaja dan sadar.
Dalam psikologi manusia, seseorang jika tidak terlalu nyaman untuk menyampaikan sesuatu yang serius seperti meminta maaf, mereka akan berdalih dengan bercanda.
Tujuannya adalah untuk menyepelekan masalah atau tidak menganggap serius masalah yang mereka anggap kecil, padahal bagi orang lain sangat menyakitkan.
"Padahal sebenarnya itu tindakan yang serius, sama seperti ngatain orang dengan kata kasar dan mereka sakit hati," ujar Reynitta.
"Nah, tujuannya untuk membuat masalah itu tidak terlalu berat atau meringankan kesalahan kita tanpa harus kita meminta maaf dan mengakui kesalahan," lanjutnya.
Menurut Reynitta, bagi sebagian orang meminta maaf itu sangat sulit dan harus berpikir dua kali, sebab minta maaf berarti "Iya, saya mengakui kesalahan."
"Mengapa meminta maaf sulit untuk kasus ini, karena tuduhan sexual harassment itu kan sangat berat karena berhubungan sama penilaian orang," kata Reynitta.
Dalih bercanda menjadi senjata untuk meringankan masalah, akibatnya persepsi korban menjadi tergiring bahkan meragukan kewarasannya (gaslighting).
Padahal, tidak ada bercanda dalam kasus pelecehan seksual dan perundungan karena merugikan orang lain, bahkan mengganggu fungsi tubuhnya dalam keseharian.
Baca Juga: 4 Cara Bercerita ke Pasangan jika Kamu Mengalami Pelecehan Seksual
(*)