4 Gejala Smiling Depression, Merahasiakan Depresi dan Tampil Bahagia

Ericha Fernanda - Selasa, 14 September 2021
Smiling depression, pura-pura baik-baik saja untuk menutupi gejala depresi
Smiling depression, pura-pura baik-baik saja untuk menutupi gejala depresi Tomwang112

Apa alasan orang menyembunyikan depresi mereka?

Jadi, ada banyak alasan pribadi atau profesional mengapa seseorang menyembunyikan gejala depresi mereka. Ya, termasuk melindungi privasi hingga takut dihakimi orang lain.

Berikut adalah alasan di balik seseorang merahasiakan gejala depresi mereka dan justru berada di kondisi depresi tersenyum, yaitu:

1. Rasa malu

Beberapa orang percaya bahwa depresi adalah tanda kelemahan. Akibatnya, mereka merasa malu mengalami depresi karena mereka pikir bisa mengatasi masalahnya sendiri.

2. Takut membebani orang lain

Depresi dan rasa bersalah cenderung berjalan beriringan. Akibatnya, banyak individu tidak ingin membebani orang lain dengan perjuangan mereka.

Mereka sama sekali tidak tahu bagaimana meminta bantuan, jadi mereka menyimpan perjuangan menghadapi depresi untuk diri mereka sendiri.

3. Penolakan

Smiling depression mungkin berasal dari penyangkalan seseorang bahwa mereka merasa tertekan.

Mereka pikir bahwa tersenyum bisa menyelesaikan depresi, lebih mudah bagi mereka untuk berpura-pura baik-baik saja daripada membuka diri tentang perasaan yang sebenarnya.

Baca Juga: Jangan Diremehkan, Ini 6 Cara Memberikan Bantuan kepada Orang yang Ingin Bunuh Diri

4. Takut dengan tanggung jawab profesional

Terkadang orang khawatir tentang konsekuensi pribadi dan profesional dari depresi. Salah satu contohnya pekerjaan komedian, yang memang pekerjaannya adalah menghibur orang lain.

Jadi, daripada mengambil risiko dihakimi atau dihukum karena depresi, mereka bersembunyi di balik senyuman.

Jadi, itulah penjelasan tentang smiling depression di mana seseorang pura-pura bahagia padahal dirinya sedang sedih, stres, atau depresi. (*)

Sumber: Verywell Mind
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda


REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?