Rendahnya pelaporan kasus kekerasan pada perempuan tentu membuat kita prihatin.
Pasalnyam kekerasan memiliki dampak bagi penyintas. Dilansir dari Ourresilience, setiap penyintas mungkin akan bereaksi berbeda atas kekerasan yang dialami.
Gaya pribadi, budaya, dan konteks kehidupan penyintas dapat mempengaruhi reaksi-reaksi ini.
Beberapa mengekspresikan emosi mereka, sementara yang lain lebih suka menyimpan perasaan mereka di dalam.
Ada korban yang mungkin langsung memberi tahu orang lain apa yang terjadi. Korban lain akan menunggu berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun sebelum membahas kekerasan ini, jika mereka memilih untuk melaporkannya.
Baca Juga: Terjadi Kekerasan pada Perempuan, 5 Tips Keluar dari Abusive Relationship
Sebagai orang terdekat, penting untuk menghormati pilihan dan gaya setiap orang dalam menghadapi peristiwa traumatis ini.
Terlepas dari kapan seseorang menjadi korban, terjadi baru-baru ini atau bahkan sudah bertahun-tahun lalu, kita harus tetap memberikan dukungan karena hal tersebut dapat memengaruhi kegiatan sehari-hari.
Berbagai macam reaksi emosional, psikologis, dan fisik yang dapat berdampak pada korban ialah rasa bersalah, malu, menyalahkan diri sendiri, takut dan tidak percaya.
Korban juga sangat mungkin mengalami kesedihan mendalam, gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan kecemasan, tingkat percaya diri rendah, hingga rentan mengisolasi diri.
Pada tingkat yang lebih parah kekerasan dan pelecehan dapat menyebabkan penyintas memiliki keinginan untuk bunuh diri.