Mengapa Kekerasan pada Perempuan di Tempat Kerja Jarang Dilaporkan?

Putri Mayla - Selasa, 28 September 2021
Kekerasan pada perempuan di tempat kerja memiliki jumlah pelaporan rendah.
Kekerasan pada perempuan di tempat kerja memiliki jumlah pelaporan rendah. Serghei Turcanu

Parapuan.co - Kekerasan pada perempuan, termasuk yang terjadi di tempat kerja merupakan permasalahan kita bersama. 

Penyintas kekerasan di tempat kerja kerap mengalami situasi sulit yang berkaitan dengan keamanan kerja dan sumber pendapatannya.

Pada akhirnya, dua hal tersebut membuat penyintas kekerasan sulit melaporkan kekerasan yang mereka alami.

Seperti diberitakan Kompas, Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA), Ratna Susianawati ada beberapa penyebab korban atau saksi takut melaporkan kasus kekerasan yang dialami atau ditemuinya.

Pada akhirnya, keamanan dan pendapatan korban atau saksi yang bisa terpengaruh membuat laporan kekerasan pada perempuan menjadi rendah. 

Baca Juga: 10 Tanda Kekerasan pada Perempuan Secara Emosional dalam Hubungan

"Rendahnya laporan dan pelecehan di tempat kerja berkaitan dengan ketergantungan korban maupun saksi atas keamanan kerja dan sumber pendapatannya yang berasal dari tempat kerjanya," kata Ratna dalam Webinar Stop Kekerasan di Dunia Kerja, dikutip dari siaran pers via Kompas.

Selanjutnya, ketergantungan tersebut membuat penyintas dan saksi enggan bahkan takut melaporkan kasus kekerasan dan pelecehan yang dialami.

Terdapat 173 korban melaporkan kasus kekerasan di tempat kerja berdasarkan Data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) 2020.

Hal ini membuat Kementerian PPPA mendorong komitmen pengesahan Konvensi Internasioal Labour Organization (ILO) 190 tentang penghapusan kekersan dan pelecehan di dunia kerja.

Perjanjian Internasional Konvensi ILO 19 ini menjadi salah satu upaya preventif untuk mencegah dan menangani permasalahan kekerasan dan pelecehan di dunia kerja.

 

Rendahnya pelaporan kasus kekerasan pada perempuan tentu membuat kita prihatin.

Pasalnyam kekerasan memiliki dampak bagi penyintas. Dilansir dari Ourresilience, setiap penyintas mungkin akan bereaksi berbeda atas kekerasan yang dialami.

Gaya pribadi, budaya, dan konteks kehidupan penyintas dapat mempengaruhi reaksi-reaksi ini.

Beberapa mengekspresikan emosi mereka, sementara yang lain lebih suka menyimpan perasaan mereka di dalam.

Ada korban yang mungkin langsung memberi tahu orang lain apa yang terjadi. Korban lain akan menunggu berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun sebelum membahas kekerasan ini, jika mereka memilih untuk melaporkannya. 

Baca Juga: Terjadi Kekerasan pada Perempuan, 5 Tips Keluar dari Abusive Relationship

Sebagai orang terdekat, penting untuk menghormati pilihan dan gaya setiap orang dalam menghadapi peristiwa traumatis ini.

Terlepas dari kapan seseorang menjadi korban, terjadi baru-baru ini atau bahkan sudah bertahun-tahun lalu, kita harus tetap memberikan dukungan karena hal tersebut dapat memengaruhi kegiatan sehari-hari.

Berbagai macam reaksi emosional, psikologis, dan fisik yang dapat berdampak pada korban ialah rasa bersalah, malu, menyalahkan diri sendiri, takut dan tidak percaya.

Korban juga sangat mungkin mengalami kesedihan mendalam, gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan kecemasan, tingkat percaya diri rendah, hingga rentan mengisolasi diri.

Pada tingkat yang lebih parah kekerasan dan pelecehan dapat menyebabkan penyintas memiliki keinginan untuk bunuh diri.

Masih melansir Ourresilience, biasanya penyintas akan sulit menceritakan kekerasan yang mereka alami.

Oleh karena itu, orang terdekat dapat memberi tahu atau membiarkan penyintas mengetahui bahwa mereka dapat dipercaya.

Cukup memberi tahu penyintas bahwa kamu memercayai mereka dan berada di belakang mereka.

Selanjutnya, ingatlah bahwa meskipun kamu sebagai orang yang dipercaya mungkin memiliki reaksi keras terhadap apa yang terjadi. Penting untuk berfokus pada perasaan dan reaksi penyintas daripada reaksi kamu sendiri.

Baca Juga: Alami Kekerasan Perempuan Berbentuk Verbal, Ini Cara Menghadapinya

Selain itu, kamu bisa menjadi pendengar yang bersedia dan mengakui perasaan seseorang.

Hal ini akan menimbulkan dampak positif yang signifikan bagi korban. 

Terkadang hanya bersama seseorang dan menemaninya tanpa memaksanya bercerita dapat memberikan rasa aman.

Dukungan yang tidak menghakimi sangat membantu para penyintas saat mereka pulih dari peristiwa traumatis ini. 

Untuk diketahui, peristiwa ini bisa saja dialami oleh banyak perempuan di luar sana dan kekerasan dapat berdampak secara psikologis dalam jangka panjang.

Oleh karena itu, berikan bantuan yang bisa kamu lakukan untuk penyintas kekerasan pada perempuan di tempat kerja.

(*)

Sumber: kompas,Ourresilience
Penulis:
Editor: Kinanti Nuke Mahardini


REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru