"Kami juga ingin mempromosikan konsep ekonomi sirkular dan budaya slow fashion di masyarakat untuk mengurangi dampak fast fashion terhadap lingkungan," ujar Tsania Maulima Salsabila.
"Kami menyadari bahwa plastik bukan satu-satunya sumber masalah lingkungan saat ini,"
"Faktanya, kebanyakan dari kita tidak menyadari bahwa limbah tekstil memiliki peran besar dalam masalah ini," tambah Tsania.
"Limbah tekstil menempati urutan kedua dalam hal limbah yang berkontribusi terhadap polusi karbon," lanjutnya.
Tsania juga menjelaskan bahwa mereka ingin mempercepat implementasi ekonomi mode yang sirkular di ASEAN.
Baca Juga: Putri Ikke Nurjanah Rayakan Wisuda dan Lulus dengan IPK Terbaik
"Fokus utama kami adalah memperpanjang umur garmen sehingga bisa bertahan lebih lama," jelas Tim Spotindev.
"Dalam inisiatif ini, kami melakukannya dengan menjual, membeli, dan menyumbangkannya,"
"Kami juga akan mendistribusikan pakaian yang tidak lagi dalam kondisi bagus ke organisasi yang memiliki layanan daur ulang," lanjutnya.
ASEAN DSE sendiri adalah inisiatif yang diluncurkan pada tahun 2017 dengan tujuan untuk meningkatkan literasi digital 10 negara ASEAN.
Selain itu, ajang tersebut ingin menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepemilikan yang lebih besar terhadap masa depan kawasan.