Parapuan.co - Kawan Puan, kabar membanggakan datang dari mahasiswi Indonesia yang berhasil mengukir prestasi di kancah internasional.
Tim Spotindev yang terdiri dari dua mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) akan mewakili Indonesia di putaran regional ASEAN Data Science Explorers (ASEAN DSE) 2021.
Dua mahasiswa perempuan UGM tersebut adalah Stephanie Dame Augustine dan Tsania Maulina Salsabilla.
Team Spotindev sendiri menawarkan platform yang disebut SASSH, pemanfaatan teknologi digital untuk mengelola limbah tekstil.
Lewat platform tersebut, masyarakat dapat menyortir, menjual, menyumbangkan, atau mengerjakan ulang lemari pakaian mereka yang tidak terpakai.
Stephanie dan Tsania berharap dapat berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran tentang fashion berkelanjutan dan pengelolaan limbah.
Baca Juga: Baru Lancar Baca Tulis Kelas 6 SD, Mahasiswi UNY Berhasil Lulus dengan IPK 3,93
Kabar membanggakan ini diumumkan secara langsung oleh ASEAN Foundation setelah Team Spotindev meraih juara pertama di babak nasional.
Peringkat kedua dan ketiga ditempati oleh Team Abraca-Data dan Team Beauty of Data, keduanya dari Binus University.
ASEAN DSE tahun ini fokus pada Sustainable Development Goals (SDGs) yang fokus kepada iklim dan keberlanjutan ekosistem.
Tim Spotindev melakukan proyek untuk menjembatani mode berkelanjutan di masyarakat ASEAN yang masih asing dengan istilah tersebut.
"Kami juga ingin mempromosikan konsep ekonomi sirkular dan budaya slow fashion di masyarakat untuk mengurangi dampak fast fashion terhadap lingkungan," ujar Tsania Maulima Salsabila.
"Kami menyadari bahwa plastik bukan satu-satunya sumber masalah lingkungan saat ini,"
"Faktanya, kebanyakan dari kita tidak menyadari bahwa limbah tekstil memiliki peran besar dalam masalah ini," tambah Tsania.
"Limbah tekstil menempati urutan kedua dalam hal limbah yang berkontribusi terhadap polusi karbon," lanjutnya.
Tsania juga menjelaskan bahwa mereka ingin mempercepat implementasi ekonomi mode yang sirkular di ASEAN.
Baca Juga: Putri Ikke Nurjanah Rayakan Wisuda dan Lulus dengan IPK Terbaik
"Fokus utama kami adalah memperpanjang umur garmen sehingga bisa bertahan lebih lama," jelas Tim Spotindev.
"Dalam inisiatif ini, kami melakukannya dengan menjual, membeli, dan menyumbangkannya,"
"Kami juga akan mendistribusikan pakaian yang tidak lagi dalam kondisi bagus ke organisasi yang memiliki layanan daur ulang," lanjutnya.
ASEAN DSE sendiri adalah inisiatif yang diluncurkan pada tahun 2017 dengan tujuan untuk meningkatkan literasi digital 10 negara ASEAN.
Selain itu, ajang tersebut ingin menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepemilikan yang lebih besar terhadap masa depan kawasan.
Tim yang berpartisipasi diharuskan untuk merancang solusi yang inovatif dan praktis berdasarkan wawasan berbasis data.
Partisipan juga harus memanfaatkan perangkat lunak SAP untuk mengatasi masalah sosial-ekonomi di ASEAN di enam SDG terpilih.
"Kami sangat terkesan melihat begitu banyak pemuda berbakat mempresentasikan proposal inovatif berbasis data hari ini," kata Dr. Yang Mee Eng, Direktur Eksekutif ASEAN Foundation.
"Kami percaya bahwa jika diberi kesempatan, pemuda ASEAN kami dapat menciptakan solusi yang berdampak bagi masyarakat untuk sejahtera,"
Baca Juga: Lulus dari Stanford, Maudy Ayunda Bicara Soal Privilege dan Pendidikan di Indonesia
"Kami juga berharap kerjasama antara ASEAN Foundation dan SAP dapat menginspirasi lebih banyak lagi kemitraan publik-swasta di masa depan untuk mendukung pengembangan generasi masa depan kita," tutupnya
Kini Tim Spotindev sedang melakukan persiapan matang untuk melanjutkan kompetisi dan membawa harum nama Indonesia di dunia internasional. (*)