Parapuan.co - Menjelang Hari Batik Nasional 2 Oktober mendatang, tak ada salahnya kita mengenal salah satu sosok yang mencintai batik.
Batik memang memiliki keindahan motif, warna, dan proses pembuatan yang mampu membuat banyak orang kagum.
Menurut rilis yang diterima PARAPUAN, di antara banyaknya pengagum batik, salah satunya yakni Dr. dr. Diani, seorang ahli Bedah Onkologi di Jakarta.
Ia berpendapat bahwa batik merupakan karya seni yang memiliki nilai estetik yang tinggi, dan motifnya memiliki makna, seperti motif Parang, Truntum, Sido Mukti dan sebagainya.
Oleh karena itu, walaupun berprofesi sebagai ahli bedah, kecintaan Dr. Diani terhadap batik membuatnya tetap memiliki waktu dan pemikiran untuk wastra tradisional asal Jawa ini.
Baca Juga: Luh Ketut Suryani, Profesor Ahli Jiwa Usia 77 Tahun yang Kerap Beri Konsultasi Gratis
Selain menjadi ahli bedah onkologi dan dosen di Universitas Indonesia, ia juga menyalurkan hobinya berdagang batik yang sudah dilakukannya sejak masih menjadi mahasiswa.
Dulu jualannya masih terbatas di lingkungan kampus dan orang-orang terdekat, namun setahun terakhir ia menggunakan label DeKa Batik and Art dalam mengembangkan usahanya.
“DeKa Batik and Art ada sekitar 1 tahun yang lalu. Saat pandemi muncul ide untuk menciptakan DeKa. Dan sejak dari sekolah mahasiswa saya suka jualan batik dan berlanjut sampai sekarang. Nah, dari 1 tahun lalu serius mendalaminya," ujar dokter yang murah senyum ini.
Dr. Diani mengakui kecintaannya pada batik ini tak lepas dari lingkungan tempatnya dibesarkan.
Rupanya, nenek dan orang tuanya berprofesi sebagai pengusaha batik. Hal ini membuatnya mengenal batik sejak lahir.
Sehingga ia mengenal dengan baik bagaimana selembar kain putih dapat menjadi suatu karya yang sangat indah, sebab orang tuanya menularkan ilmunya mengenai batik.
Berbekal pengetahuan inilah, dr. Diani tak terlalu rumit dalam menentukan motif batik yang akan dibuatnya begitu juga untuk produksinya.
"Untuk motif bisa dari motif-motif yang ada, bisa dimodifikasi. Bisa juga saya dapatkan dari motif-motif kuno yang ada di buku-buku. Ide juga bisa saya dapat pada saat jalan-jalan,” ujarnya.
Menurutnya, proses batik pun beragam, mulai dari batik tulis, batik cap, batik printing dan sebagainya.
Baca Juga: Sosok Putri Kusuma Wardani, Debut di Piala Sudirman di Usia 19 Tahun
Proses batik yang beragam itu pun tidak membuat banyak orang bisa membedakan proses-proses tersebut.
Walau kegiatannya sebagai dokter ahli bedah dan dosen sangat padat, ia masih dapat memantau produksi DeKa Batik and Art dengan baik selama ini dengan bantuan timnya.
"Produksinya sendiri ada dalam bentuk bahan untuk pria dan wanita, sarung selendang, sarimbit (sarung selendang dan bahan untuk pria). Selain itu saya juga membuat pernak-pernik dari batik. Misalnya sajadah, aneka tas, seperti tas belanja, tote bag dan sebagainya," paparnya.
Untuk segmen pembelinya dilihat dari konsumen yang membeli batiknya selama ini, menurutnya masuk dalam segmen menengah ke atas.
Adapun kelebihan dari batik milik dr. Diani ini semua batiknya dibuat sendiri dan dibuat dengan kualitas terbaik.
Lama produksinya sendiri tergantung dari proses batiknya juga.
Misalnya batik tulis, satu lembar batik bisa dibuat berbulan-bulan.
Kalau batik cap kombinasi bisa lebih cepat. Tentunya semakin rumit prosesnya, harga batik semakin tinggi.
"Untuk promosinya sendiri selain dari mulut ke mulut, juga memanfaatkan media sosial IG. Teman sejawat saya tawarkan juga. Alhamdulillah respons baik. Dengan sekitaran harga mulai dari 100 ribu hingga 4 jutaan, produk @deka_batikandart ini sudah ke beberapa kota di pulau Jawa hingga ke luar pulau Jawa." ungkapnya.
Baca Juga: Tata, Coffee Consultant di Balik Tumbuhnya Bisnis Perkopian Kota Malang
Ke depannya perempuan kelahiran 24 Januari ini berharap produknya semakin luas dikenal masyarakat.
Di Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober ini, dr. Diani berharap momen ini bisa mengajarkan pada anak-anak jaman sekarang, apakah karya batik itu dan bagaimana agar batik terus dilestarikan.
Batik merupakan warisan budaya bangsa yang tidak lekang oleh waktu dan wajib dijaga kelestariannya sampai kapanpun.
(*)