Parapuan.co - Setelah perempuan menikah, membangun dan menjaga komunikas yang sehat bersama pasangan merupakan hal penting.
Komunikasi sehat membuat hubungan rumah tangga menjadi harmonis walau sedang menghadapi konflik.
Sebaliknya, jika komunikasi tidak sehat akan menyebabkan terjadinya salah paham.
Walau menjalin komunikasi sehat tentu menjadi tantangan tersendiri bagi tiap pasangan.
Membangun komunikasi sehat harus terus diupayakan oleh suami dan istri.
Baca Juga: Sebelum Perempuan Menikah, Kenali Tanda Kalau Pasangan Setia
Melansir dari Healhtline, ini cara perempuan menikah membangun komunikasi sehat bersama suami.
1. Proses perasaanmu dulu
Sebelum berbicara dengan pasangan tentang masalah yang membuatmu kesal.
Pastikan untuk memproses perasaan diri sendiri tentang masalah itu dan menenangkan diri terlebih dahulu.
Cobalah menenangkan diri terlebih dulu sebelum berbicara dengan suami.
Dengan begitu kamu akan lebih bisa mengontrol emosi dan bisa berkomunikasi dengan baik.
Komunikasi antara suami dan istri yang baik diawali dengan perasaan tenang.
2. Mengatur waktu
Setelah perempuan menikah, mengatur waktu yang tepat untuk berbicara dengan suami penting dilakukan.
Jika ada sesuatu yang membebani pikiran, beri tahu pasangan bahwa kamu ingin duduk dan berbicara.
Shelley Sommerfeldt, PsyD, seorang psikolog klinis yang berspesialisasi dalam hubungan menjelaskan bahwa memberi tahu pasangan sebelum berbicara dapat membantu meredakan situasi.
"Jika pasangan kamu tahu bahwa kamu ingin berbicara dengan mereka, ini dapat membantu meredakan situasi juga karena mereka cenderung tidak merasa disergap atau dibutakan oleh perdebatan sengit," kata Shelley.
Baca Juga: Pertimbangkan Kembali, Ini 4 Kerugian Perempuan Menikah secara Siri
3. Memulai dengan pernyataan "saya"
Saat sedang ada konflik, terkadang kita cenderung menyalahkan orang lain.
Bagaimana kita berbicara dengan pasangan dapat membuat respon yang berbeda.
Shelley merekomendasikan untuk memulai percakapan dengan menggunakan pernyataan 'saya'.
Alih-alih memanggil pasangan karena terlalu fokus pada pekerjaan.
Kamu bisa mengatakan, "Saya merasa sakit hati ketika kamu selalu fokus pada pekerjaan."
Pernyataan 'Saya' membuat komunikasi antara suami dan istri terlihat tidak menuduh daripada mengatakan, "Kamu selalu fokus pada pekerjaan."
4. Berfokuslah untuk mendengarkan
Percakapan bukanlah debat atau argumen yang harus dimenangkan.
"Banyak pasangan memasuki percakapan seolah-olah mereka adalah debat atau argumen yang harus mereka menangkan," kata Shelley.
Walaupun kamu tidak setuju dengan sudut pandang pasangan, cobalah untuk mendengarkan terlebih dulu.
Dengarkan pendapat pasangan, mengapa ia merasakan hal itu.
Selanjutnya, ia bisa mengikuti mendengarkan pendapatmu.
Saat berdiskusi, jangan jadikan kompetisi untuk melihat siapa yang menang.
Sebaliknya, dengarkan secara aktif dan cobalah untuk memahami sudut pandang mereka.
Baca Juga: 6 Rahasia Rumah Tangga Langgeng setelah Perempuan Menikah, Apa Saja?
5. Jadikan kompromi dan resolusi sebagai tujuan
Komunikasi dengan pasangan merupakan cara untuk mencapai pemahaman.
"Ingat bahwa fokus komunikasi dengan pasangan adalah mencapai pemahaman," jelas Shelley.
Baik saat kamu mengemukakan perasaan terluka atau mengatasi gagasan yang saling bertentangan tentang rencana masa depan.
Kamu dan pasangan harus meninggalkan percakapan dengan perasaan seolah-olah ada semacam resolusi.
Misalnya, resolusi mengenai kompromi dalam pembagian tugas atau membuat keputusan keuangan.
Setelah perempuan menikah, hal ini dapat membawa perasaan kekuatan dan hubungan bersama pasangan.
(*)