Itulah hidup May dengan gangguan kesehatan mental dan ketakutan akan hal-hal kecil yang memantik traumanya.
Sampai pada pertengahan film, satu per satu rutinitas May berubah karena kehadiran tetangga yang adalah seorang pesulap.
Lewat lubang kecil di tembok kamar, sang pesulap membuat May berani melihat dunia lebih berwarna.
Mulai dari sini, film 27 Steps of May menunjukkan gambaran frontal bagaimana trauma yang terpantik dapat melukai seorang penyintas.
Sebagai film yang ditujukan untuk mengungkapkan cerita penyintas, menonton film ini sendiri dapat memantik atau bahkan melahirkan trauma kepada penonton.
Perubahan yang ada di hidup May, perasaan yang mulai tumbuh kepada pesulap, dan ketidakmampuan secara ekonomi untuk berobat membuat gejolak psikologis yang mengerikan.
Baca Juga: Film I, Tonya: Saat Bakat dan Ambisi Tak Cukup untuk Bawa Atlet Tonya Harding ke Olimpiade
Secara gamblang, kesakitan yang May rasakan dikeluarkan lewat tindakan percobaan bunuh diri yang nyata.
Akses pendampingan dan kurangnya layanan kesehatan mental bagi penyintas kekerasan seksual juga menjadi poin penting yang bisa PARAPUAN temukan dalam film ini.
Mengobati trauma dan gangguan kesehatan mental membutuhkan terapi yang dilakukan terus menerus.
Proses tersebut tentu membutuhkan biaya tidak sedikit, apa lagi bila dilakukan dengan psikolog dari lembaga profesional.