Parapuan.co - Human papillomavirus (HPV) adalah infeksi menular seksual yang paling umum di dunia.
HPV termasuk salah satu masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan yang menyebabkan kanker serviks.
Terlepas dari prevalensinya, masih banyak ditemukan kesalahpahaman terkait virus HPV.
Masih banyak orang yang salah paham mengenai cara penularannya, hingga arti dari diagnosisnya.
Berikut rangkuman PARAPUAN terkait mitos dan fakta virus HPV yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan, dilansir dari laman Everyday Health, Selasa (12/10/2021):
Baca Juga: Makanan yang Berbahaya Bagi Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan
Mitos 1 menyebutkan bahwa hanya perempuan yang bisa terkena HPV. Padahal tidak seperti itu.
Kebanyakan orang masih beranggapan bahwa virus HPV hanya bisa menyerang perempuan. Tetapi, laki-laki juga bisa terkena HPV lho, Kawan Puan.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), sebagian besar laki-laki dan perempuan yang aktif secara seksual akan mengalami setidaknya satu infeksi HPV di beberapa titik dalam hidup mereka.
Setiap orang yang memiliki kontak kulit ke kulit secara dekat dengan orang lain dengan infeksi HPV, kemungkinan dapat terkena infeksi virus yang menyebabkan masalah kesehatan organ intim ini.
Mitos 2 menyebutkan kalau semua strain HPV menyebabkan kanker, Kawan Puan.
Banyaknya bahasan mengenai masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan tentang kanker serviks penyebab virus HPV, membuat sebagian orang salah paham dan menganggap virus HPV hanya menyebabkan kanker.
Faktanya, tidak semua jenis virus HPV dapat menyebabkan kanker lho, Kawan Puan.
Kenyataannya, Human papillomavirus adalah kelompok yang terdiri dari 150 virus terkait. Sebagian dari strain virus tersebut menyebabkan kutil kulit, sebagian lainnya menyebabkan kutil kelamin.
Selain itu, terdapat juga beberapa jenis virus lain yang dapat menyebabkan perubahan sel prakanker sehingga kanker serviks, vagina, vulva, anus, penis, dan orofaring, bagian belakang dan samping tenggorokan, amandel, dan pangkal lidah bisa terjadi.
Perlu diketahui bahwa strain HPV yang menyebabkan kanker dan disebut HPV risiko tinggi ialah tipe 16 dan 18.
Baca Juga: Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan: Penyebab Haid Telat
Dua tipe tersebut mampu meningkatkan risiko kanker serviks dan kanker genital pada laki-laki juga perempuan.
Bahkan, tipe 16 juga dapat menyebabkan sebagian besar kasus kanker orofaringeal.
Menurut National Cancer Institute, sebagian besar infeksi HPV yang berisiko tinggi akan hilang dalam waktu satu hingga dua tahun dan tidak menyebabkan kanker.
Sebab, untuk membuat jenis HPV berisiko tinggi bertahan, dibutuhkan waktu bertahun-tahun hingga puluhan tahun untuk berkembang menjadi kanker.
Itulah sebabnya mengapa perempuan disarankan untuk melakukan skrining kanker serviks setiap tiga hingga lima tahun agar kesehatan organ intim terjaga.
Tergantung pada metode skrining yang digunakan, skrining kanker serviks ini dapat dilakukan mulai dari usia 21 sampai 65 tahun.
Mitos 3 menyebutkan jika tidak berhubungan seks, tidak akan mendapatkan HPV.
Masih banyak yang meyakini kalau penularan virus HPV hanya terjadi saat berhubungan seksual.
Faktanya, HPV dapat menyebar melalui kontak kulit ke kulit. Oleh karena itu, meski mereka kita tidak melakukan hubungan seksual , etap ada kemungkinan terpapar HPV.
Dengan kata lain, meski kita tidak melakukan hubungan seksual secara aktif bukan berarti kita dapat terhindari masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan yang disebabkan oleh HPV ini.
Perlu Kawan Puan ketahui kalau menggunakan kondom dapat menurunkan risiko tertular HPV.
Kita masih dapat tertular virus jika ada di kulit yang tidak tertutup kondom.
Baca Juga: Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan Bisa Terancam, Hindari Kebiasaan Ini
Benarkah bunyi mitos 4 yang menyebutkan laki-laki bisa diskrining untuk HPV?
Faktanya, hingga kini tidak ada tes yang disetujui FDA untuk melihat HPV pada laki-laki.
Sementara perempuan, terdapat tes yang bisa dilakukan untuk mendeteksi HPV di sel serviks.
Selain itu, perempuan juga bisa melakukan pap smear untuk memeriksa perubahan kanker atau prakanker pada sel serviks.
Jadi mitos 5, benarkah ada pilihan perawatan yang tersedia untuk HPV?
Meski ahli kesehatan dapat mengobati lesi prakanker, kanker, dan kutil kelamin yang disebabkan oleh infeksi HPV, tetapi tidak ada pengobatan khusus yang tersedia untuk mengatasi virus itu sendiri.
Oleh karena itu, kita wajib menjaga kesehatan organ intim ya, Kawan Puan.
Mitos 6 di masyarakat ialah orang dengan HPV selalu memiliki gejala.
Kebanyakan orang berpikir bahwa setiap sakit yang diderita akan menimbulkan gejala, termasuk saat terpapar virus HPV.
Faktanya, kebanyakan orang yang terkena HPV tidak menunjukkan gejala apapun karena virus ini adalah silent killer.
Meskipun ada banyak masalah kesehatan organ kewanitaan yang terkait dengan HPV, termasuk kutil kelamin dan kanker serviks, namun kebanyakan orang tidak mengalami masalah kesehatan akibat infeksi HPV.
CDC melaporkan bahwa dalam 90% kasus HPV, sistem kekebalan seseorang melawan infeksi virus ini terjadi dalam waktu dua tahun.
Baca Juga: Terkait Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan, 5 Hal Ini Pengaruhi Kondisi Ovarium
Mitos 7 menyebutkan kalau ‘Saya mendapatkan vaksin HPV, jadi saya tidak perlu melakukan pap-smear’!
Tersedianya vaksin sebagai langkah pencegahan terbaik agar terhindari dari virus HPV justru membuat sebagian menjadi lengah dengan tidak melakukan pap smear.
Meski sudah mendapatkan vaksin HPV, kita tetap perlu melakukan pap smear secara teratur untuk mendeteksi keberadaan kanker serviks.
Hal itu penting karena vaksin HPV tidak melindungi kita dari semua jenis virus HPV yang dapat penyebab kanker.
Dua vaksin HPV sebelumnya yakni Gardasil dan Cervarix hanya melindungi dari dua jenis HPV berisiko tinggi (tipe 16 dan 18) yang menyebabkan kanker.
Meski tidak melindungi sepenuhnya, melakukan vaksinasi HPV tetap penting dilakukan untuk menjaga kesehatan seksual dan reproduksi perempuan.
(*)