Seperti diketahui, ia dinikahkan sebelum sempat pergi ke Belanda dan merelakan mimpinya untuk melanjutkan pendidikan di sana.
Di samping berjuang dari balik kediamannya, Kartini juga memperjuangkan hak perempuan dengan mencurahkan isi hatinya melalui surat.
Ia berkenalan dengan seorang perempuan asal Belanda dan mengungkapkan kegelisahannya.
Sayang, hal itu tidak cukup untuk membuat sang ayah mengizinkannya meneruskan pendidikan.
Ketika mendapat izin, kondisi kesehatan sang ayah memburuk sehingga mengubah keputusan Kartini untuk menerima lamaran Bupati Rembang.
Baca Juga: 7 Pekerjaan yang Cocok untuk Perempuan Karakter Pemalu, Apa Saja?
Pernikahan Kartini membuka mimpi baru
Seketika, pandangan Kartini tentang budaya Jawa dan pernikahan berubah. Ia merasa menikah bisa saja mewujudkan mimpinya untuk memperjuangkan pendidikan perempuan.
Jelang pernikahan, ia pun memiliki mimpi lain untuk mendirikan sekolah khusus bagi perempuan pribumi tanpa memandang kelas sosial.
Alhasil, ia mengajukan syarat kepada calon suaminya agar diizinkan mendirikan sekolah di Rembang dan langsung disetujui oleh sang bupati.