Perempuan Menikah Harus Persiapkan Mental Kehamilan, Ini 4 Caranya

Ratu Monita - Selasa, 9 November 2021
Persiapan mental untuk kehamilan setelah perempuan menikah.
Persiapan mental untuk kehamilan setelah perempuan menikah. SunnyVMD

Parapuan.co - Tak hanya memerhatikan kondisi fisik, perempuan menikah yang mendambakan buah hati juga penting untuk memersiapkan kondisi mental.

Kebanyakan orang yang sedang mempersiapkan kehamilan, biasanya hanya fokus pada kondisi kesehatan fisik.

Olahraga teratur, konsumsi makanan sehat dan vitamin terus dilakukan oleh perempuan menikah tanpa ingat bahwa persiapan mental untuk kehamilan juga perlu diperhatikan. 

Perlu Kawan Puan ketahui bahwa kondisi kesehatan mental dan emosional selama kehamilan akan memengaruhi saat melahirkan dan pasca masa tersebut. 

Jika calon ibu tidak benar-benar siap, maka bukan tidak mungkin terjadi beberapa hal negatif, seperty baby blues atau depresi. 

 

 

Baca Juga: Setelah Perempuan Menikah, Simak Cara Menghargai Pasangan

Oleh karena itu, penting untuk memerhatikan kesiapan mental sebelum hamil.

Melansir dari laman VeryWell Family, berikut cara mudah persiapkan mental untuk kehamilan setelah wanita menikah.

1. Kenali Faktor Risiko

Smerencanakan kehamilan, penting bagi Kawan Puan mengetahui risiko apa yang akan dihadapi. 

Faktor risiko perlu diketahui karena perjuangan yang dilalui tidak akan mudah dan membutuhkan kesiapan mental yang cukup.

Jika tidak, Kawan Puan memiliki kemungkinan mengalami kondisi bernama postpartum depression (PPD).

PPD dapat berdampak besar pada kesehatan ibu dan bayi, untuk itu penting melakukan pencegahan dan penanganan yang tepat akan sangat penting.

Kondisi PPD yang terjadi pada perempuan menikah usai masa kehamilan bisa terjadi karena berbagai faktor.

Sebagian orang yang berisiko mengalami PPD adalah mereka dengan riwayat depresi, pernah mengalami konflik rumah tangga, hingga tidak mendapat dukungan yang cukup dari orang terdekat.

Terdapat beberapa gejala yang mungkin timbul akibat PPD, seperti kurang konsentrasi, merasa tidak cukup, mudah menangis, terlintas untuk bunuh diri, tidak tertarik dengan bayi yang dilahirkan, cemas, dan merasa tidak nyaman.

Memang memahami faktor risiko sangat penting, namun Kawan Puan juga harus menyadari bahwa siapa pun dapat mengalami PPD.

Kawan Puan yang tidak memiliki riwayat depresi atau kecemasan, juga masih memiliki peluang mengalami gejala dari PPD.

Baca Juga: Perempuan Menikah Butuh 6 Hal Ini demi Kehidupan Seks yang Bahagia

 

2. Memahami Apa yang Akan Dihadapi

Setelah seorang wanita menikah mendambakan kehamilan, penting untuk mencari informasi perihal kehamilan dan kehidupan setelah memiliki anak.

Mencari informasi yang akurat menjadi hal penting sebelum merencanakan kehamilan.

Kehamilan dan buah hati bukan hanya sekadar memiliki keturunan, sebab Kawan Puan perlu memahami apa saja yang harus dipersiapkan.

Memahami do's and don’ts selama hamil, rencana apa saja yang akan dilakukan setiap trimester, hingga segala hal yang akan diperlukan oleh si kecil wajib diketahui. 

Dalam hal, dukungan finansial untuk konsultasi ke dokter, makanan yang bergizi, hingga proses persalinan sangat dibutuhkan. Kawan Puan dan pasangan harus memiliki persiapan yang lebih matang dalam menyambut kehadiran momongan.

3. Cari Dukungan Sosial

Masa kehamilan hingga pasca persalinan bukanlah suatu hal yang mudah untuk dijalani oleh perempuan menikah, berbagai kesulitan akan ditemui. 

Untuk itu, penting bagi kamu mendapatkan dukungan dari orang dekat seperti pasangan, orang tua, teman, maupun lainnya.

Orang-orang terdekat sebisa mungkin harus memberikan suasana menyenangkan untuk mendukung kesehatan mental.

Hal ini dinilai penting, karena dukungan sosial diyakini dapat mengurangi kecemasan dan stres serta meningkatkan mekanisme koping stres.

Dukungan sosial mungkin tidak memiliki efek langsung pada menurunnya risiko kelahiran prematur.

 

Baca Juga: 4 Cara Lindungi Aset Pribadi saat Menikah, Ada Perjanjian Pra Nikah!

Meski begitu, para peneliti percaya bahwa dukungan tersebut dapat bertindak sebagai semacam mekanisme penyangga antara stres pranatal dan kelahiran prematur.

Sebagai wanita menikah, Kawan Puan harus mampu mencari dukungan sosial dengan cara:

- Berkomunikasi dengan pasangan: sempatkan waktu dan usaha untuk membangun hubungan yang kuat.

Kawan Puan bisa membicarakan tentang kekhawatiran hingga aspek lainnya yang kamu butuhkan pada pasangan.

- Meminta bantuan keluarga dan teman: kehamilan bisa menjadi tantangan, terutama ketika mengalami sejumlah kondisi medis yang kurang mengenakkan seperti morning sick. 

Untuk itu, beri tahu keluarga atau orang terdekat ketika kamu membutuhkan bantuannya.

- Bergabunglah ke komunitas yang mengalami hal serupa : Berbagi pengalaman dengan orang lain yang saat ini sedang mengalami hal yang sama juga dapat membantu.

4. Kesehatan Emosional adalah Hal Penting

Kondisi emosional yang stres, cemas berlebih, atau hal negatif lainnya tak hanya berdampak pada kesiapan dalam menyambut buah hati.

Perlu diingat oleh Kawan Puan bahwa kondisi fisik dan emosional akan selalu berkaitan.

Saat seseorang tengah mengalami stress, cemas, atau kondisi emosional buruk lainnya, kondisi tubuh akan terdampak. 

Baca Juga: Setelah Perempuan Menikah, Ini Kesalahan Sikap yang Merusak Pernikahan

Beberapa hal yang mungkin terjadi ialah metabolisme tubuh berantakan, tidak enak badan, pusing, dan lain-lain.

Saat kamu sadar akan pentingnya menjaga kesehatan mental, maka kamu pun akan berusaha menjauhi hal yang memicu stres dan depresi.

Demikian persiapan mental untuk kehamilan yang bisa dilakukan setelah seorang perempuan menikah, semoga bermanfaat!

(*)

Sumber: Very Well Family
Penulis:
Editor: Kinanti Nuke Mahardini


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja