Menurut Ale sebagian besar daerah penyangga DAS Kapuas mengalami deforestasi karena pembukaan tutupan hutan untuk aktivitas ekstraktif.
”Yang perlu dilakukan adalah peninjauan ulang tata ruang. Perizinan yang ada hendaknya ditinjau ulang,” kata Ale.
Sementara itu, pengajar Hidrologi Lingkungan, Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak Kiki Prio Utomo mengungkapkan, banjir di Sintang disebabkan perubahan tata guna lahan atau pemanfaatan lahan.
Ia mengatakan, pada dasarnya Sintang secara alamiah adalah daerah yang akan kebanjiran karena berada di tengah dari DAS Kapuas serta adanya beberapa anak sungai lainnya.
Akan tetapi, jika melihat data yang ada, pada tahun 2021 banjir besar sudah terjadi beberapa kali.
Padahal antara tahun 2017-2021, banjir terjadi setiap tahun. Hanya pada tahun 2019 tidak dilaporkan ada banjir.
Meskipun di tahun 2018 tahun yang relatif kering, tetapi masih terjadi banjir. "Artinya memang secara alamiah risiko banjirnya ada,” kata Kiki.
Meskipun begitu, bukan berarti banjir di Sintang ini bisa dibiarkan. Apalagi banjir ini sudah terjadi sampai dua pekan.
Sudah saatnya semua pihak turun tangan untuk membantu mengatasi banjir yang terjadi di Sintang.
Kawan Puan pun yang ingin membantu masyarakat di Sintang bisa menyalurkan donasi melalui platform yang tepercaya.
Baca Juga: Akibat Curah Hujan Tinggi, 3 Daerah di Indonesia Ini Alami Banjir
(*)