Persiapan Sekolah Tatap Muka: Begini Tips Dampingi Anak Belajar

Ratu Monita - Selasa, 16 November 2021
Mendampingi anak belajar dalam persiapan sekolah tatap muka
Mendampingi anak belajar dalam persiapan sekolah tatap muka zhanghaoran521

2. Buat aturan main

Dalam persiapan sekolah tatap muka ini, untuk mendampingi anak agar tidak pusing, orang tua bisa membuat aturan main.

Hal ini dilakukan dengan mengajarkan anak tentang rutinitas, pukul berapa harus belajar, pukul berapa harus main, dan kapan mereka harus mengerjakan tugas dan sekolah. 

Tak lupa untuk menentukan waktu belajar bersama orang tua, sehingga tidak mengganggu waktu kerja orang tua yang bekerja dari rumah.

Usahakan untuk menyepakati waktu bersama dan komitmen menjalaninya.

“Pada jam yang sudah disepakati, orangtua jangan bikin meeting. Kalau bentrok dengan meeting, cari waktu lain dan komitmen, orangtua enggak boleh kerja dan anak juga enggak boleh bermain,” kata Mario.

Baca Juga: Persiapan Sekolah Tatap Muka, Kenali Tipe Kepribadian Anak dalam Mengerjakan PR

3. Beri anak hadiah

Bagi Kawan Puan yang memiliki anak di jenjang pendidikan pra sekolah, TK atau SD kelas 1, mendampingi anak belajar tentu menjadi tantangan tersendiri.

Untuk menyiasatinya, orang tua bisa memberikan anak hadiah saat mereka mampu menyelesaikan tugas dan mengikuti kegiatan sekolah dengan baik.

“Bisa kasih hadiah waktu main video game sedikit lebih lama, atau berikan makanan kecil favoritnya,” ujar Mario lagi.

4. Turunkan ekspektasi

Perlu orang tua ketahui, anak-anak juga mengalami stres di masa pandemi seperti ini. 

Pasalnya, mereka tak bisa lagi bebas untuk bermain dan ruang geraknya pun terbatas guna mencegah terjadinya penularan.

Oleh karena itu, dalam persiapan pembelajaran tatap muka, orangtua diminta untuk tidak memberikan tekanan lebih pada anak dengan mereka harus berprestasi atau berharap mereka belajar dengan giat seperti saat sebelum pandemi.

 

 

Sumber: Kompas.com
Penulis:
Editor: Linda Fitria


REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?