Parapuan.co - Kekerasan pada perempuan di bawah umur secara seksual kian marak terungkap.
Kekerasan seksual dapat berupa ucapan atau perlakuan untuk membuat orang lain terlibat dalam aktivitas seksual.
Korban pelecehan seksual anak kerap kali tidak mengungkapkan apa yang mereka alami.
Para korban kebanyakan kesulitan melapor atau tidak berani melaporkan apa yang terjadi.
Anak-anak usia 0-18 tahun dianggap lebih rentan mengalami pelecehan seksual.
Baca Juga: Viral Kekerasan pada Perempuan di Bawah Umur di Malang, Begini Tanggapan Kemensos
Pasalnya, korban kekerasan pada perempuan secara seksual di usia anak-anak dianggap sebagai posisi yang lebih lemah dan tak berdaya.
Sehingga, perlu kerjasama dari banyak pihak untuk permasalahan pelecehan seksual pada anak.
Terlebih lagi, kekerasan yang terjadi secara seksual pada anak dapat menimbulkan dampak pada kesehatan fisik dan mental secara jangka pendek dan jangka panjang.
Seperti apa dampak yang dapat dialami oleh anak?
Untuk lebih lengkapnya, berikut efek kejahatan seksual pada anak.
Kekerasan pada perempuan di bawah umur secara seksual dapat menimbulkan trauma.
Seperti dilansir The National Child Traumatic Stres Network (NCTSN), anak-anak yang mengalami pelecehan seksual dapat menunjukkan berbagai reaksi emosional dan perilaku.
Kebanyakan merupakan karakteristik anak-anak yang pernah mengalami jenis trauma lain.
Reaksi-reaksi ini meliputi:
- Peningkatan mimpi buruk dan/atau kesulitan tidur lainnya
- Perilaku menarik diri
- Ledakan marah
- Kecemasan
- Depresi
- Tidak ingin ditinggal sendirian dengan individu tertentu
- Pengetahuan, bahasa, dan/atau perilaku seksual yang tidak sesuai dengan usia anak
Baca Juga: Kekerasan pada Perempuan yang Terjadi di Masa Anak-anak Berpengaruh pada Otak
Walaupun banyak anak yang mengalami pelecehan seksual menunjukkan perubahan perilaku dan emosi, banyak juga yang tidak.
Oleh karena itu, penting untuk tidak hanya fokus pada deteksi, tetapi juga pada pencegahan dan komunikasi.
Di antaranya yakni dengan mengajari anak-anak tentang keamanan tubuh dan batasan tubuh yang sehat.
Selanjutnya dengan mendorong komunikasi terbuka tentang masalah atau kejahatan seksual yang mungkin mereka alami.
Efek Khusus Sesuai Usia
Anak-anak dengan usia yang sangat muda mungkin mengalami peristiwa traumatis di mana anak memerankan kembali beberapa aspek dari pengalamannya.
Misalnya, seorang anak mungkin berperilaku seperti melarikan diri dari "orang jahat" berulang kali.
Drama itu mungkin tidak spesifik untuk pelecehan seksual.
Tanda-tanda stres lainnya yang mungkin terlihat yakni peningkatan perilaku menentang atau menarik diri, mengamuk, atau mimpi buruk.
Anak mungkin terlibat dalam perilaku seksual yang tidak sesuai usia seperti mencoba melibatkan anak lain dalam kontak oral-genital atau simulasi hubungan seksual.
Selanjutnya, anak mungkin berbicara tentang tubuhnya sebagai "sakit" atau "kotor."
Baca Juga: Jenis Kekerasan pada Perempuan secara Online dan Efeknya terhadap Kesehatan Mental
Remaja mungkin lebih cenderung menyalahgunakan zat atau terlibat dalam perilaku berisiko tinggi, termasuk perilaku seksual yang menyimpang.
Seorang remaja yang menghindari pengingat traumatis dapat menarik diri secara sosial.
Perilaku melukai diri sendiri dan bunuh diri juga lebih umum di kalangan remaja.
Penelitian yang dilansir via NCTSN menunjukkan bahwa pelecehan seksual anak dapat berdampak sangat serius pada kesehatan fisik dan mental.
Tergantung pada tingkat keparahan dan jumlah trauma yang dialami, pelecehan seksual terhadap anak dapat memiliki dampak yang luas dan tahan lama.
Mereka yang telah menderita beberapa trauma dan menerima sedikit dukungan orang tua dapat mengembangkan gangguan stres pasca-trauma, depresi, dan kecemasan.
Kemampuan mereka untuk memercayai orang dewasa untuk merawat mereka juga dapat terancam.
Parahnya, kekerasan pada perempuan secara seksual terhadap anak yang tidak diungkapkan atau tidak menerima konseling yang efektif, mereka dapat mengalami kesulitan lama di masa depan.
(*)