Parapuan.co - People pleaser terjadi saat seseorang kesulitan menolak permintaan orang lain, padahal sebenarnya dia tidak mau.
Mereka yang berperilaku people pleaser lebih memprioritaskan orang lain daripada dirinya sendiri, meski itu merugikan baginya.
"People pleaser adalah orang-orang yang memprioritaskan orang lain dibanding dirinya sendiri, bahkan jika itu merugikan dia pun tidak masalah," jelas Jennyfer, M.Psi., Psikolog Klinis Dewasa dan Remaja, saat dihubungi PARAPUAN, belum lama ini.
Baca Juga: Mengenal People Pleaser, Psikolog Ungkap Penyebab Sulitnya Menolak Permintaan Orang Lain
Ia menyebut, sebenarnya sikap people pleaser itu menjadi masalah karena akan berpengaruh pada kesehatan mental jika dilakukan dalam jangka waktu lama.
"Bisa berpengaruh ke mental jika dalam jangka waktu lama karena seseorang mulai kehilangan jati dirinya," tambahnya.
Namun, kamu perlu tahu bahwa sikap people pleaser dapat dimiliki siapa pun, baik anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan lansia.
"People pleaser bisa terjadi ke siapa saja, tidak ada patokannya. Sikap itu berdasarkan pada diri mereka sendiri," tutur Jennyfer.
Pengaruh Usia Terhadap Tingkat People Pleaser
Menurut Jennyfer, faktor usia mungkin saja berpengaruh terhadap sikap tidak enakan. Namun, belum ada penelitian yang pasti akan hal tersebut.
"Usia bisa saja berpengaruh, tapi belum ada penelitian yang pasti. Tapi, sering kali muncul di usia remaja karena butuh diterima," tutur Jennyfer.
Ia melanjutkan, sikap people pleaser seing kali ditunjukkan saat usia remaja. Sebab, inilah masa seseorang fokus pada pertemanan.
Pada akhirnya, seseorang bisa lebih memprioritaskan orang lain agar diri sendiri dapat beradaptasi dalam pertemanan dan ada kebutuhan untuk diakui.
"Kita butuh untuk diakui. Itu yang membuat kita terlalu memprioritaskan orang lain daripada diri sendiri supaya diterima," imbuhnya.
Baca Juga: Bahaya People Pleaser, Berdampak Buruk untuk Kesehatan Mental
Berangkat dari situ, PARAPUAN juga telah melakukan riset bertajuk People Pleaser kepada 328 responden dengan berbagai latar belakang pada 26-29 Oktober 2021.
Hasilnya menunjukkan, menjadi people pleaser di lingkungan keluarga paling banyak dialami responden berusia 24-29 tahun, di mana kebanyakan berada di tingkat rendah.
Sedangkan dalam lingkungan kerja, kebanyakan responden usia 24-29 tahun memiliki tingkat tinggi menjadi people pleaser.
Dalam lingkungan pertemanan, menjadi people pleaser hampir merata dialami oleh mereka yang berusia 24 - 29 tahun, tetapi tergolong rendah terjadi pada responden berusia 18-23 dan 30-35 tahun.
Sedangkan dalam hubungan percintaan, sebagian besar mereka yang berusia 30-35 tahun berada pada tingkatan rendah menjadi people pleaser terhadap pasangannya.
Sebaliknya, tingkat people pleaser tinggi terjadi pada mereka yang berusia 24-29.
Selain itu, Jennyfer kembali mengingatkan, bagaimana pun tanggung jawab orang lain adalah milik mereka, bukan tanggung jawab kita.
Serta, buat batasan bagi diri sendiri kapan dan berapa lama harus membantu orang lain dengan niat benar-benar ingin membantu.
Baca Juga: Prioritaskan Dirimu, Psikolog Bagikan 4 Tips Berhenti Menjadi People Pleaser
"Tidak perlu menyalahkan diri sendiri saat menolak orang lain, it's okay to say no," ujar Jennyfer.
"Kita harus tahu porsi atau kapabilitas kita itu bagaimana, daripada kita memaksakan diri yang ujungnya malah tidak maksimal," imbuhnya. (*)