Parapuan.co - Kawan Puan, menjadi seorang apoteker bisa jadi pekerjaan sulit lantaran terkadang mereka perlu memberikan obat berdasarkan diagnosa tanpa resep dokter.
Untuk memudahkan kinerja para apoteker, baru-baru ini P&G Health meluncurkan sebuah panduan bertepatan dengan Hari Defisiensi Besi Dunia 2021.
Buku panduan tersebut dikhususkan bagi apoteker dalam melakukan diagnosa dan konseling bagi pasien dengan Anemia Defisiensi Besi (ADB).
Berdasarkan press rilis yang diterima PARAPUAN, panduan itu menerapkan empat langkah terstruktur untuk membantu apoteker melakukan diagnosa lebih baik.
Panduan empat langkah ini juga membimbing apoteker untuk berinteraksi dengan pasien ADB atau mereka yang dicurigai mengidap ADB.
Baca Juga: Hari Farmasi Sedunia, Ini 3 Langkah untuk Menjadi Seorang Apoteker
Cara yang dilakukan pun logis dan bertahap berdasarkan pedoman ASHP (American Society of Health-System Pharmacist).
Panduan terdiri dari empat langkah yang harus dilewati apoteker, yaitu seperti tertera di bawah ini:
1. Membangun
Langkah pertama, apoteker dipandu untuk membangun hubungan dengan pasien, dengan melihat apakah adanya kemungkinan pasien mengidap ADB.
Apoteker disarankan untuk berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien sebelum memastikan apakah ia mengidap ADB.
Apoteker juga diharapkan dapat menginformasikan durasi dari setiap sesi konsultasi sebelum meminta izin pasien untuk ikut serta.
2. Menilai
Kedua, apoteker harus menilai seberapa dalam pengetahuan pasien tentang ADB dan alat-alat yang dapat membantu proses diagnosa.
Hal ini bergantung pada apakah pasien sudah didiagnosa atau diduga memiliki kondisi tersebut.
Bila sudah didiagnosa, apoteker disarankan untuk menilai pengetahuan pasien tentang kondisi mereka.
Termasuk juga sikap pasien tentang kondisi mereka, dan untuk memeriksa apakah sebelumnya pasien sudah mendapatkan pengobatan serta batasan pola makan.
Baca Juga: Lulusan Farmasi, Ini 6 Peluang Karier Apoteker yang Layak Kamu Tekuni
Bila belum didiagnosa, apoteker disarankan untuk menilai apakah pasien memiliki resiko tinggi mengidap ADB.
Hal ini dapat dicapai dengan mencatat tanda-tanda serta gejala yang ada lalu melakukan tes laboratorium untuk memastikan diagnosa.
3. Mengedukasi
Langkah ketiga bertujuan untuk mengedukasi pasien tentang dosis yang tepat, menjelaskan efek dari obat yang diresepkan, dan memahami masalah yang dihadapi penderita ADB.
Hal ini juga meliputi rekomendasi perubahan pola makan dan mengedukasi pasien tentang suplemen zat besi oral.
Apoteker juga disarankan untuk menekankan betapa pentingnya mengubah pola makan, serta memberikan informasi lainnya terkait ADB.
4. Mengevaluasi
Langkah terakhir dalam panduan ini mengharuskan apoteker mengevaluasi pengetahuan dan pemahaman pasien.
Apoteker disarankan untuk mengevaluasi pemahaman pasien tentang ADB, obat yang diresepkan, dan gaya hidup yang direkomendasikan untuk mengontrol kondisi tersebut.
Untuk menekankan pentingnya pemahaman tentang obat dan efeknya, pasien harus mampu menjelaskan kembali apa yang sudah disampaikan apoteker.
Lalu, apoteker harus mengobservasi kemampuan pasien menggunakan obat dan sikap pasien terhadap ADB.
Baca Juga: Tak Cuma Racik Obat, Ini Skill untuk Mendukung Peran Profesi Apoteker
Dengan menggunakan panduan ini, apoteker dapat mendukung upaya pasien dalam merawat diri sendiri.
Hal itu meliputi peningkatan kesadaran pasien tentang ADB, serta memastikan pasien memahami dan menjalankan langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan dalam menghadapi ADB.
Sementara itu, panduan terstruktur di atas membantu apoteker dapat lebih mudah mendeteksi pasien berisiko lebih tinggi ADB.
Apoteker juga mampu mengidentifikasi gejala dan melakukan konseling perbaikan nutrisi dan gaya hidup pasien.
Rencananya, panduan ini akan diluncurkan secara bertahap, dimulai dari Asia Tenggara dan India sebelum ke seluruh dunia. (*)