Parapuan.co - Fetish atau fantasi seksual ditandai dengan ketertarikan terhadap bagian tubuh non-seksual atau benda mati untuk mencapai gairah seksual.
Bagian tubuh yang biasanya difetisasi termasuk kaki atau rambut. Serta, benda mati yang biasa difetisasi termasuk barang pakaian, seperti sepatu atau pakaian dalam.
Objek fetish dapat menciptakan gairah seksual melalui salah satu atau semua indera, termasuk rasa, bau, atau penampilan.
Sebenarnya, fetish dapat dipraktikkan menjadi ekspresi sehat dari seksualitas untuk memicu gairah manusia.
Masalahnya, fetish bisa berkembang menjadi gangguan fetisistik ketika menyebabkan tekanan yang siginfikan dalam hidup atau merugikan orang lain.
Baca Juga: Mengenal Fetish, Gairah Seksual pada Tubuh Non-Seksual dan Benda Mati
Penyebab
Melansir Choosing Therapy, sampai saat ini tidak ada bukti konklusif mengenai apa yang menyebabkan atau memicu gangguan fetisistik
Namun, fetish mulai berkembang seiring masa pubertas seseorang di mana organ vitalnya mulai berfungsi untuk reproduksi.
Minat fetisistik muncul karena objek atau bagian tubuh yang diasosiasikan dengan pengalaman awal seseorang tentang gairah seksual atau masturbasi.
Gejala
Gejala utama gangguan fetisistik adalah gairah seksual yang berulang dan intens baik dari penggunaan benda mati atau bagian tubuh non-seksual.
Kemudian, berkembang menjadi fantasi, dorongan, atau perilaku. Seseorang dengan gangguan fetisistik mungkin merasa malu dan tertekan pada hasrat seksual mereka.
Baca Juga: Viral Fetish Istri Dibungkus Kain, Ini Kata Ahli tentang Pengaruhnya terhadap Kualitas Hubungan
Gejala gangguan fetisistik meliputi:
- Gairah seksual yang berulang dan intens pada benda mati atau bagian tubuh seksual, yang bertahan setidaknya selama 6 bulan.
- Memiliki perasaan yang tidak seimbang secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
- Objek fetish tidak terbatas pada barang-barang pakaian, melainkan pada sesuatu tak lazim atau aktivitas yang merugikan orang lain.
- Objek fetish tidak terbatas pada objek atau perangkat yang dirancang khusus untuk tujuan stimulasi seksual (misalnya mainan seks, seperti vibrator atau dildo).
Seseorang yang aktif secara seksual kadang-kadang dapat terangsang oleh objek atau bagian tubuh non-seksual.
Akan tetapi, jika tidak ada fiksasi dan tekanan mental, ketertarikan ini tidak akan diklasifikasikan sebagai gangguan mental.
Dampak
Fetish yang dilakukan secara intens dan konsisten dapat memengaruhi kesehatan mental, seperti kecemasan atau masalah relasional dengan pasangan.
Gangguan umum yang terkait dengan gangguan fetisistik adalah disfungsi seksual dan ejakulasi tertunda ketika objek atau bagian tubuh yang diinginkan tidak ada.
Biasanya gangguan fetisistik dapat menyebabkan rasa malu dan tekanan emosional pada individu yang mengalami jenis gairah ini.
Konflik internal dan ketakutan akan penilaian dapat menyebabkan isolasi dan kesulitan berkomunikasi secara jujur dalam hubungan seksual.
Sangat penting untuk mengetahui cara mengendalikan fetish agar tidak berkembang menjadi gangguan fetisistik.
Jika sudah terlanjur, mendapatkan bantuan profesional kesehatan dapat membantu mengurangi gejalanya.
Baca Juga: 5 Hal yang Dipikirkan Laki-laki Saat Melakukan Hubungan Seksual