Parapuan.co - Kondisi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan tentu erat kaitannya dengan kondisi kehamilan.
Kondisi selama kehamilan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan oleh perempuan.
Pasalnya, terdapat masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan yang dialami sebagian perempuan dan mengganggu proses melahirkan, salah satunya adalah plasenta akreta.
Melansir dari laman Mayo Clinic, plasenta akreta adalah masalah kehamilan serius yang terjadi ketika plasenta tumbuh terlalu dalam ke dinding rahim.
Baca Juga: Makin Diminati Masyarakat, Layanan Program Bayi Tabung Dioptimalkan
Biasanya, plasenta terlepas dari dinding rahim setelah melahirkan, tetapi terdapat sebagian atau seluruh plasenta tetap menempel.
Dalam kasus yang parah, plasenta akreta dapat menyebabkan pendarahan yang berlebihan.
Sehingga, penderita plasenta akreta akan memerlukan transfusi darah dan bahkan histerektomi (pengangkatan rahim).
Mirisnya, salah satu masalah kesehatan organ kewanitaan ini juga dapat mengancam jiwa.
Jenis-jenis plasenta akreta
Melansir Cleveland Clinic, ada 3 jenis kondisi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan ini, yang ditentukan berdasarkan seberapa dalam plasenta menempel pada rahim.
1. Plasenta akreta
Pada jenis ini, plasenta menempel kuat pada dinding rahim, ia juga tidak melewati dinding rahim.
Kondisi ini juga tidak berdampak pada otot-otot rahim dan menjadi jenis plasenta yang paling umum.
2. Plasenta increta
Pada kondisi ini plasenta tertanam lebih dalam di dinding rahim. Namun, jenis plasenta ini tidak melewati dinding rahim dan melekat erat pada otot rahim.
3. Plasenta perkreta
Dapat dikatakan kondisi ini adalah yang paling parah. Plasenta perkreta terjadi ketika plasenta melewati dinding rahim.
Plasenta tumbuh melalui rahim dan berdampak pada organ lain, seperti kandung kemih atau usus.
Baca Juga: Belajar dari Film Yuni, Ini Risiko Kehamilan di Usia Remaja pada Bayi
Gejala
Kamu perlu tahu bahwa masalah kesehatan organ kewanitaan ini seringkali tidak menimbulkan tanda atau gejala selama kehamilan.
Namun, terkadang plasenta akreta juga dapat terdeteksi saat perempuan melakukan USG rutin.
Penyebab
Plasenta akreta diduga terkait dengan kelainan pada lapisan rahim, biasanya karena jaringan parut setelah operasi caesar atau operasi rahim lainnya.
Namun, bukan tidak mungkin kondisi plasenta akreta ini dapat terjadi meski tidak memiliki riwayat operasi rahim, ya.
Faktor risiko
Ada banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko plasenta akreta, termasuk:
Riwayat operasi rahim : Risiko plasenta akreta dapat meningkat jika seseorang memiliki riwayat operasi sesar atau operasi rahim lainnya.
Posisi plasenta : Jika plasenta menutupi sebagian atau seluruhnya serviks (plasenta previa) atau berada di bagian bawah rahim, maka dapat berisiko mengalami plasenta akreta.
Baca Juga: Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan: 5 Cara Menjaga Kesuburan
Usia ibu : Plasenta akreta lebih sering terjadi pada perempuan berusia di atas 35 tahun.
Persalinan sebelumnya : Risiko plasenta akreta meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kehamilan.
Nah, itulah ulasan mengenai salah satu masalah kesehatan seksual dan reproduksi perempuan saat hamil yakni plasenta akreta. Semoga kita tidak ada yang mengalaminya, ya! (*)