Parapuan.co- Salah satu pemain timnas putri Indonesia bernama Zahra Muzdalifah, masuk dalam daftar Pemain Terbaik versi AFC pada kualifikasi Piala Asia Wanita 2022.
Melansir dari Kompas.com, ia menjadi salah satu dari enam pemain yang masuk nominasi bersama Moon Mi-ra (Korea Selatan), Pham Hai Yen (Vietnam), Janista Jinantuya (Thailand), Behnaz Taherkhani (Iran), dan Chandler McDaniel (Filipina).
Saat bertanding bersama Singapura, Zahra berhasil memenangkan laga dengan skor 1-0 dan membawa Indonesia ke putaran final Piala Asia Wanita dalam 33 tahun terakhir.
Berdasarkan dari berbagai sumber, yang berhasil dirangkum PARAPUAN, yuk simak profil selengkapnya mengenai sosok Zahra Muzdalifah!
Baca juga: Tessa Wijaya, Co-Founder Xendit yang Kini Masuk Forbes Asia Power Business Women 2021
Zahra Muzdalifah merupakan pesepak bola wanita asal Indonesia yang memiliki cita-cita berkarier di Eropa.
Ia juga mengidolakan klub bola Liga Swedia Rosengard FC dan ingin menjadi suksesor pemain idolanya, yakni Marta Vieira Da Silva.
"Saya suka klub ini karena Marta. Dia adalah bintang wanita terhebat sepanjang masa," kata Zahra mengutip dari Kompas.com pada Sabtu (26/12/2020).
"Tentu saja, tujuan realistis saya adalah menemukan klub Eropa yang menerima kemampuan saya. Saya harap bisa membuka pintu bagi para pemain wanita kami," tambahnya.
Ternyata Zahra tidak hanya mengidolakan Marta, ia juga mengidolakan dua sosok striker, yakni Neymar dan Alex Mogan.
"Saya mengagumi Neymar atas keterampilannya yang luar biasa dan saya menyukai Morgan untuk gaya permainannya yang sungguh-sungguh,” ujar pemain Persija Jakarta Putri ini.
Striker perempuan berusia 19 tahun ini juga bersungguh-sungguh dengan impiannya.
"Saya ingin menjadi striker yang tajam seperti dia dan mencetak lebih banyak gol," ungkap Zahra.
Namun dalam perjalanan meraih mimpi tentu banyak rintangan yang harus Zahra hadapi.
Zahra mengaku kerap mengalami cedera di lapangan dan mimisan akibat karena terkena bola.
Bahkan ia pernah mengalam luka robek di paha akibat disikut lawan.
Hal itu tentu menghalanginya sempat menghalanginya untuk mengikuti pertandingan karena ia harus melewati masa penyembuhan.
"Ada opsi, terapi atau dioperasi. Aku pilih terapi. Ini titik terberatku. Karena, beberapa pertandingan terpaksa di cancel dan harus nunggu lama untuk recovery," cerita Zahra saat mengisi acara live talkshow inspiratif di TikTok yang diadakan oleh Kemendikbud.
Kejadian tersebut tentu sempat membuat Zahra menjadi down, untungnya ia memiliki orangtua yang selalu mendukungnya.
"Semangat untuk sembuh, terus berpikir positif datangnya dari orangtua. Mau ada yang jatuhin kita, selama masih ada orang yang kita kasihi, itu masih bisa menjadi motivasi," kata Zahra.
Baca juga: Profil Valencia Tanoesoedibjo, Pengusaha Sukses Putri Hary Tanoe
Zahra ingin perempuan Indonesia tak malu bermain sepak bola
Zahra mengaku masih heran dengan pemikiran masyarakat di Indonesia yang menganggap aneh perempuan bermain sepak bola.
"Orang-orang di Indonesia masih close minded, sementara di luar negeri sudah berjalan, sudah jelas, orang-orang di sini, liat cewek main bola kayak aneh, seperti liat orang gila, padahal normal, Zahra ingin mengubah persepsi itu," katanya.
Ia ingin mematahkan stigma tersebut dengan menunjukkan bahwa perempuan juga bisa berkarier di dunia sepak bola.
"Saya ingin membuktikan bahwa perempuan juga bisa lho main sepak bola. Terus saya langsung rutin latihan di rumah hampir setiap hari setelah pulang sekolah. Pokoknya latihan sekeras mungkin sampai di mana saya bisa membuktikan bahwa sepak bola itu genderless, dan enggak dilihat dari kelamin saja melainkan dari skill dan juga otak," kata Zahra.
Baca juga: Profil Rieke Diah Pitaloka, Dari Selebriti Banting Setir Jadi Politisi
Pesan Zahra untuk perempuan Indonesia
Dalam acara yang dipandu oleh Fathia Izzati tersebut, Zahra berpesan pada seluruh penonton khususnya perempuan agar terus berkarya dan jangan pedulikan omongan orang.
"Mau anda wanita karir, memilih menjadi ibu rumah tangga, tidak ada yang salah. Perempuan itu hebat," ujar Zahra.
Fathia Izzati juga sepakat dengan pernyataan Zahra bahwa perempuan tidak bisa dipandang lemah.
"Seringkali perempuan yang memilih jadi ibu rumah tangga di underestimate kan. Padahal, mengurus anak, rumah itu juga tidak mudah," kata Fathia Izzati.
Keduanya, sepakat jika saat ini bukanlah zaman di mana perempuan dipandang tidak bisa apa-apa dan selalu jadi nomor dua.
"Semua mimpi perempuan, berhak di realisasikan apapun itu," tambah Fathia. (*)