Parapuan.co - Kawan Puan, meski kehidupan tampak mulai berangsur normal, namun kita masih dalam suasana pandemi.
Saat ini kita masih berjuang melawan pandemi Covid-19, yang menyebar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Bahkan kini muncul varian baru Covid-19, varian Omicron, yang juga sudah mulai masuk di Indonesia.
Meski gejalanya disebut ringan, namun Kawan Puan harus tetap waspada pada varian baru ini.
Pasalnya, seperti dikutip dari Washington Post, para ilmuwan di Afrika Selatan mengatakan Omicron setidaknya tiga kali lebih mungkin menyebabkan infeksi ulang daripada varian virus corona sebelumnya seperti Beta dan Delta, menurut sebuah studi pendahuluan yang diterbitkan sebelumnya.
Baca Juga: Mulai Masuk Indonesia, Waspadai Ini Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Omicron dan Delta
Seperti diketahui, varian baru virus corona ini ditemukan pertama di Afrika Selatan.
World Health Organization (WHO) menyatakan varian B.1.1.529 atau Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November 2021.
Situasi epidemiologis di Afrika Selatan telah ditandai oleh tiga puncak berbeda dalam kasus yang dilaporkan, yang terakhir didominasi varian Delta.
Para peneliti mengatakan infeksi ulang atau reinfeksi memberikan penjelasan parsial tentang bagaimana varian baru telah menyebar.
Para peneliti menemukan peningkatan risiko terinfeksi ulang adalah "konsisten sementara" dengan munculnya varian omicron di Afrika Selatan.
Makalah tim telah diunggah ke server pracetak dan belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Pertanyaan tentang tingkat perlindungan yang diberikan vaksin terhadap varian baru tetap tidak terjawab, karena para ilmuwan tidak memiliki akses ke data imunisasi.
Tetapi Juliet Pulliam, seorang ahli epidemiologi yang berbasis di Afrika Selatan dan salah satu penulis studi tersebut, mengatakan bahwa vaksin kemungkinan masih menawarkan perlindungan paling efektif terhadap penyakit parah dan kematian.
Mengetahui bahwa Omicron dapat menyebabkan lebih banyak infeksi ulang adalah penting, tulis Pulliam di Twitter.
Data are also urgently needed on disease severity associated with Omicron infection, including in individuals with a history of prior infection. /end
— Juliet Pulliam, PhD (@SACEMAdirector) December 2, 2021
Baca Juga: Sempat ke SCBD, Pasien Terpapar Omicron yang Lolos Karantina Dijemput Petugas
Kekebalan yang diperoleh dari infeksi sebelumnya telah menjadi kunci dalam membantu negara-negara seperti Afrika Selatan dan Botswana, yang memiliki tingkat vaksinasi yang relatif rendah, mengelola pandemi.
“Prioritas kami yang paling mendesak sekarang adalah untuk mengukur sejauh mana kekebalan Omicron lolos baik untuk kekebalan alami dan yang diturunkan dari vaksin, serta penularannya relatif terhadap varian lain dan dampaknya pada tingkat keparahan penyakit,” kata Harry Moultrie, seorang ahli penyakit menular yang ikut menulis penelitian, dalam sebuah pernyataan.
Varian lain telah diketahui menyebabkan infeksi ulang.
Beberapa pasien yang terinfeksi ulang dengan varian Beta diidentifikasi di Israel awal tahun ini.
Tetapi studi terbaru menunjukkan risiko relatif terinfeksi lagi tetap stabil pada varian lain, menggarisbawahi pentingnya temuan pada Omicron.
“Berlawanan dengan harapan dan pengalaman kami dengan varian sebelumnya, kami sekarang mengalami peningkatan risiko infeksi ulang yang melebihi pengalaman kami sebelumnya,” kata Pulliam dalam pernyataan Kamis (2/12/2021).
Institut Nasional untuk Penyakit Menular Afrika Selatan mengatakan pada Rabu (1/12/2021) bahwa Omicron mengambil alih varian virus lainnya pada bulan November, terhitung 74 persen dari genom yang diurutkan bulan lalu.
Baca Juga: Menkes Ungkap Kasus Covid-19, Ini Arahan Lengkap dari Presiden Joko Widodo untuk Menghadapi Omicron
Delta sebelumnya dominan. Jumlah kasus secara keseluruhan juga meningkat pesat selama tiga hari terakhir.
“Omicron mungkin adalah varian dengan penyebaran tercepat yang pernah ada di Afrika Selatan,” kata Tulio de Oliveira, seorang profesor kesehatan masyarakat di Universitas Stellenbosch Afrika Selatan.
Hanya 6 persen dari populasi Afrika yang telah divaksinasi lengkap.
Di Afrika Selatan, hanya di bawah 30 persen orang telah divaksinasi lengkap, menurut Our World in Data.
Sejalan dengan hal itu, seperti dikutip dari laman resmi covid19.go.id, varian Omicron memiliki sejumlah besar mutasi, beberapa di antaranya mengkhawatirkan.
WHO menjelaskan bukti awal menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang dengan varian ini, dibandingkan dengan Variant of Concern (VOC) lainnya.
“Jumlah kasus varian ini tampaknya meningkat di hampir semua wilayah di Afrika Selatan. Diagnostik PCR SARS-CoV-2 saat ini terus mendeteksi varian ini. Beberapa laboratorium telah menunjukkan bahwa untuk satu tes PCR yang banyak digunakan, salah satu dari tiga gen target tidak terdeteksi (disebut dropout gen S atau kegagalan target gen S),” jelas WHO yang dipublikasikann pada Jumat (26/11/2021).
(*)