2. Menghindari kekerasan
Masih berkaitan dengan kekerasan pada perempuan dan kekerasan lainnya, menghindari kekerasan dalam bentuk apapun sebaiknya dihindari dalam keluarga.
Misalnya kekerasan dalam bentuk verbal maupun fisik yang sebaiknya dihindari.
Terlebih lagi, jangan sampai kekerasan tersebut dilihat oleh anak-anak yang masih ada dalam proses perkembangan.
"Dicek saja, keluarga kita masih ada kekerasan atau enggak, karena kalau masih familiar dengan kekerasan, ketika anak nantinya melihat kekerasan yang lain, tidak aneh. Dia dipukuli pacarnya, atau dia mukulin pacarnya, itu dunianya dia," jelas dia.
Dengan orangtua selalu mencontohkan perilaku yang lembut dan penuh dengan kasih sayang, maka anak tidak akan terbiasa dengan tindak kekerasan.
Itu akan ia bawa dalam caranya memperlakukan orang lain di kemudian hari.
Baca Juga: Tanda Perselingkuhan Jadi Bentuk Kekerasan pada Perempuan secara Emosional
3. Memperbaiki kemampuan komunikasi
Orangtua harus selalu mau untuk memperbaiki kemampuannya dalam berkomunikasi dengan anak.
Sebagian orangtua bertindak otoriter atau keras terhadap anak, tetapi tidak bisa menjelaskan apa sebenarnya yang diharapkan dari sikap itu.
Ada juga yang menyakiti anaknya hanya karena belum cukup lihai mengendalikan emosi diri pribadinya.
"Kenapa sih saya dipukul? Kadang enggak jelas kenapa dia dipukul. Alasannya enggak disampaikan atau alasannya enggak masuk akal," ungkap dia.
Komunikasi dapat menjadi salah satu cara pola asuh untuk mencegah terjadinya kejahatan seksual.
Astrid menambahkan, masih terdapat orang tua yang masih sulit mengomunikasikan keinginan atau kondisinya kepada anak, orangtua masih ingin dilihat lebih superior dari anak, orang tua masih kesulitas mengendalikan dirinya.
Astrid juga menyebutkan bahwa orang tua semestinya belajar untuk memperbaiki diri, tidak mengulang kesalahan yang sama, dan berani meminta maaf kepada anak, jika memang bersalah.
Dengan demikian, anak akan belajar untuk mempunyai sikap yang baik, termasuk dalam memperlakukan orang lain.