Akan tetapi, tak semua orang memiliki pengalaman yang positif dalam tumbuh kembangnya.
Ada beragam pengalaman pola asuh, pendidikan, dan relasi tertentu yang bisa membuat kemampuan psikologis tadi menjadi kurang mumpuni atau bahkan tidak dimiliki.
Ketidakmampuan itu mendorong seseorang mencari cara-cara tertentu untuk menguatkan dirinya, salah satunya dengan menggunakan spirit doll.
“Pada dasarnya, jika seseorang dalam tumbuh kembangnya mengalami proses yang positif dan ideal, maka hal-hal itu tidak diperlukan,” imbuhnya.
Diungkapkan oleh Ninin, kewajaran memiliki spirit doll bergantung pada peran yang diletakkan pemiliknya pada boneka tersebut.
Wajarkah Adopsi Spirit Doll?
Jika anak-anak yang bermain boneka dan memperlakukannya layaknya temannya, itu merupakan sebuah kewajaran dari perspektif tumbuh kembang, karena faktor usianya.
Akan tetapi, hal tersebut dianggap tidak wajar ketika dilakukan di tahapan usia lanjut.
“Pada usia anak, ketika dia berkomunikasi dengan boneka, seolah-olah bonekanya hidup dan menjadi teman bermain itu adalah sesuatu yang wajar," ujar Ninin.
Baca Juga: Viral di TikTok, Lowongan Kerja Jadi Babysitter Spirit Doll Bergaji Puluhan Juta