Ramai Tren Orang Dewasa Adopsi Spirit Doll, Psikolog Jawab Fenomena Ini

Firdhayanti - Sabtu, 8 Januari 2022
Ivan Gunawan dan dua spirit doll miliknya
Ivan Gunawan dan dua spirit doll miliknya Instagram @ivan_gunawan

 "Kita tidak menganggapnya wajar ketika di tahapan usia lanjut, mereka memperlakukan boneka dengan cara yang sama,” terangnya lebih lanjut.

Ketika di usia dewasa seseorang masih memperlakukan boneka seperti pada usia anak-anak, maka ada sesuatu dari kondisi psikologisnya yang mencetuskan dia untuknmembutuhkan cara tersebut.

Ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi persoalan hidup secara mandiri kadang kala membuatnya memerlukan teman untuk mendengar, berdiskusi, dan berbicara.

Jika tak ada pihak yang bisa memberinya dukungan, bisa jadi membuat seseorang memilih untuk memiliki teman komunikasi yang lain.

“Kalau kita lihat, pada umumnya, berdasarkan tradisi dan budaya, perilaku itu bisa jadi tidak lazim," terang Ninin.

"Akan tetapi, kenyataannya ada orang yang memilih cara itu untuk membuatnya memiliki teman berkomunikasi atau teman hidup," ujarnya. 

"Padahal, teman yang dia pilih itu tidak bisa menjadi partner untuk memberikan komunikasi atau emosi balasan,” jelasnya.

Baca Juga: Ramai Tren Spirit Doll, Ria Enes Ikut Cerita Awal Mula Ketemu Boneka Suzan

Karenanya, diperlukan dukungan orang terdekat untuk mengantisipasi perilaku ini, pun bagi orang dewasa yang secara psikologis sudah mandiri.

Orang tua maupun anggota keluarga lain bisa menjadi support system.

Namun, dampak support system bisa bersifat konstruktif (membangun), bisa pula destruktif (menghancurkan).

“Arah support ini bisa ke mana, bergantung kesepakatan antara anggota keluarga yang men-support dengan anggota keluarga yang di-support,” kata Ninin.

Ninin menegaskan untuk memperhatikan urgensi dari memiliki boneka tersebut. 

Pada saat ia sedang berada dalam keadaan yang membutuhkan ketenangan, maka situasi ini yang mesti diwaspadai.

“Yang perlu diwaspadai juga adalah ketika seseorang membeli boneka itu hanya karena melihat efek positif dari model yang memilikinya, yang ada di media sosial, padahal yang dilihat di media sosial tersebut belum tentu benar,” ujar Ninin.

Baca Juga: Totalitas Rawat Spirit Doll, Ivan Gunawan Sebut Bonekanya Punya Babysitter Sendiri

(*)

Sumber: Tribunnews
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?