Parapuan.co - Tak hanya di dunia maya, kekerasan pada perempuan juga kerap terjadi ruang publik atau street harassment.
Sebagai contoh, kejadian yang menimpa seorang perempuan berinisial A di wilayah Petir, Tangerang, dikutip dari akun Twitter korban.
Kala itu ia sedang berboncengan dengan kakaknya, tiba-tiba ada pemotor mendekatkan diri dan langsung memegang paha saudaranya itu.
Usai melakukan kekerasan pada perempuan street harassment tersebut, pelaku langsung melaju kencang, tetapi berhasil ditangkap di area Candulan, Tangerang.
Lewat akun Twitter pribadinya, perempuan tersebut juga menjelaskan kronologi singkat terkait kejadian yang menimpanya.
Dalam tweet tersebut, ia pun menuturkan bahwa pelecehan tersebut terjadi di jalan sepi serta tak dipadati kendaraan.
Kasus yang menimpa perempuan itu, bisa dikatakan sebagai street harassment, lho, Kawan Puan.
Bahkan, kejahatan pada perempuan ini bisa menghampiri siapa saja, bahkan termasuk kamu.
Lantas, apa itu street harassment? Berikut informasi selengkapnya.
Baca Juga: Apa Itu Slut Shaming? Kenali Ciri Kekerasan Pada Perempuan Lewat Bahasa Ini
Mengutip Law Insider, street harassment merupakan tindak pelecehan berupa ucapan, gerakan atau perilaku yang tidak sopan, sehingga mengancam keselamatan individu.
Biasanya kekerasan pada perempuan ini diikuti orientasi ke arah seksual, berpotensi menjadi sexual harassment.
Mengutip Street Harassment Report, 65 persen perempuan di Amerika Serikat pernah mengalami pelecehan di ruang publik, mulai dari cat calling hingga interaksi seksual secara paksa.
Dalam survey tersebut, kaum minoritas seperti gay, lesbian, transgender hingga kulit hitam cenderung lebih sering mengalami street harassment.
Terkait rentang usia, pelecehan tersebut umumnya menimpa perempuan usia 18 sampai 34 tahun, jumlahnya bahkan menembus persentase 37 persen, seperti dilansir FM 104.
Sedangkan laki-laki juga pernah mengalami street harassment dengan proporsi 23 persen, untuk kelompok usia yang sama.
Apa penyebab street harassement?
"Street harassment dilakukan untuk menakuti korban atau mendominasi target," ujar Laura Beth Nielsen, sociologist, dikutip PBS.
"Misalnya ketika penampilan kamu dikomentari oleh orang asing di jalan, dengan kata-kata yang kurang pantas itu merupakan bentuk kejahatan pada perempuan," tambahnya.
Baca Juga: 5 Cara Mendukung Korban Kekerasan pada Perempuan Usia Remaja
Sayangnya, kebanyakan korban street harassment tidak menggubris pelecehan yang menimpanya, bahkan cenderung mengabaikannya.
Itulah sebabnya, pelecehan ini sering dianggap sepele, padahal dalam beberapa kejadian, street harassment bisa menjadi masalah serius.
"Sama seperti kasus lainnya, street harassment seringkali melewati batas wajar," tutur Holly Kearl, founder Stop Street Harassment.
"Biasanya, orang tua mengajarkan anak-anak mereka untuk mengabaikan pelecehan, sehingga korban cenderung mengabaikan street harassment yang menimpanya, tambahnya.
Berbeda dengan online harassment, perempuan cenderung lebih berani menghadapi pelaku.
Sementara itu, hasil survei menunjukkan, 2 dari 3 perempuan mengaku sedikit khawatir tentang dampak street harassment.
"Ada konsekuensi lanjutan setelah korban mengalami pelecehan di ruang publik," ujar Nielsen.
Itu dia pengertian hingga penyebab kekerasan pada perempuan jenis street harassment yang harus kamu ketahui.
Baca Juga: Kasus Kekerasan pada Perempuan Meningkat, Benarkah karena Pandemi?
Kalau kamu sendiri pernah mengalami street harassment atau tidak? Semoga kita dijauhkan dari kejahatan ini, ya. (*)